SuaraMalang.id - Warga di Desa Pakuniran, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur punya ritual tersendiri menangkal Covid-19. Warga menggelar doa bersama serta sedekah kue serabi di sejumlah tempat ibadah, seperti musala dan masjid.
Melansir suaraindonesia.co.id -- jejaring suara.com. ritual itu dilakukan warga di beberapa desa Kecamatan Tamanan, Kecamatan Maesan, Kecamatan Pujer dan kecamatan lainnya, merespon lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir ini.
Warga Desa Pakuniran Timah (38) mengatakan, masyarakat berdoa pada Allah SWT melalui ritual tersebut supaya diselamatkan dari keganasan Virus Corona.
Ia melanjutkan, dalam pelaksanaannya setiap rumah menyediakan serabi dan ketupat sesuai jumlah penghuni.
Baca Juga:Viral, Pemuda di Situbondo Nyatakan Perang Akibat Masjid Ditutup Imbas PPKM Darurat
"Misalnya seperti di rumah saya ini, kan ada empat orang. Saya, suami dan dua anak saya. Maka harus menyediakan empat ketupat dan empat serabi," ujarnya.
Doa bersama, lanjut dia, kemudian digelar di musala dengan membawa kue serabi dan ketupat yang telah disiapkan.
Kata Timah, biasanya yang memimpin doa bersama itu guru ngaji atau tokoh agama setempat.
"Setelah kue serabi dan ketupat didoakan, kemudian disedekahkan ke orang lain," ujarnya.
Dia melanjutkan, kue serabi dan ketupat yang telah didoakan semua harus memakannya.
Baca Juga:RSUD Blambangan Banyuwangi Buka Lowongan Relawan Nakes, Imbas Lonjakan COVID-19
"Kami yakin, dengan makan serabi dan ketupat yang melalui proses ritual ini, bisa jauh dari penyakit. Tentu dengan izin Allah, kami hanya ikhtiar," paparnya.
Sementara Ahmad Fatah, salah seorang tokoh agama yang diminta berdoa dalam ritual itu, mengatakan, isi ritual tersebut tentu berisi memohon pertolongan kepada Allah agar diselamatkan.
Dia menerangkan, bacaan yang dibaca adalah istighfar, shalawat dan bacaan-bacaan lain. Serta berdoa agar jauh dari segala bahaya terutama wabah penyakit Covid-19.
Soal serabi dan ketupat itu sudah menjadi tradisi sejak dulu. Tetapi itu hanya adat, atau hanya dijadikan perantara.
Sementara dikonfirmasi terpisah mengenai hal tersebut, Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengatakan, KH Asy'ari Pasha mengatakan, biasanya memang ada amalan dari orang tertentu.
Menurutnya, hal semacam itu hanya cara atau tingkatan setiap orang atau masyarakat untuk berdoa.
"Itu hanya cara saja. Tetapi memang salah satu upaya untuk menghilangkan wabah itu, harus dengan berdoa," jelasnya.
Terpenting kata dia, diniatkan untuk meminta pertolongan kepada Allah melalui doa.
"Kita diperintahkan berdoa jika ada wabah. Makanya ada doa tolak bala," jelasnya.
Sementara terkait serabi dan ketupat yang menjadi syarat dalam ritual itu. Menurutnya, jika diniatkan untuk dihadiahkan ke orang lain, maka menjadi amal yang baik.
"Itu bernilai sedekah. Bahkan dalam hadits disebutkan, sedekah dapat mencegah bala (kejadian buruk). Selagi niatnya baik, tidak dilarang. Sebab kita tidak menyembah makanan itu," paparnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurut Tholabah tersebut juga mengimbau, agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. Yakni 5M (menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas).
"Apalagi saat ini yang tertular penyakit terus meningkat. Maka saya menghimbau untuk melakukan protokol kesehatan," imbaunya.
Tentu selain itu kata dia, juga harus memperbanyak istighfar dan berdoa.
"Bertobat, bershalawat. Barangkali dengan begitu doa kita cepat diterima," imbuhnya.
Pihaknya menegaskan, tidak cukup hanya berdoa atau selamatan serabi dan ketupat dalam mencegah Corona. Tak kalah penting, warga Bondowoso harus mengikuti anjuran pemerintah.
"Mari kita saling menjaga satu sama lain," pungkasnya.