SuaraMalang.id - Tapat hari ini, 11 Agustus 2021 adalah hari lahir Arema. Klub kebanggaan arek Malang kini telah berusia 34 tahun.
Selama puluhan tahun, klub sepak bola berjuluk Singo Edan ini telah melalui berbagai dinamika dan peristiwa. Sejumlah prestasi juga dicapai dan berikut ini sekilas tentang sejarah Arema, mengutip dari TIMES Indonesia.
11 Agustus 1987: Berdirinya Arema
11 Agustus menjadi tanggal sakral bagi warga Malang Raya, lantaran menjadi tanggal lahir Arema, klub sepakbola kebanggaan warga Bumi Arema.
Baca Juga:Liga 1 Mundur Lagi, Persiapan Arema FC Tetap Jalan
Ya, Arema didirikan oleh Acub Zaenal mantan Gubernur Irian Jaya (kini Papua). Saat itu, Acub membentuk tim yang akan tampil di kompetisi Galatama bersama tokoh sepak bola Jawa Timur, Dirk Sutrisno.
Tim berjuluk Singo Edan dengan lambang kepala Singa ini memiliki suporter fanatik yang tersebar di seluruh Indonesia yang menamakan diri Aremania.
Sejauh ini Arema FC sudah mencatatkan sejumlah prestasi seperti juara Galatama 1992, Copa Indonesia 2005 dan 2006, ISL 2009/2010, Bali Island Cup 2015 dan 2016, Bhayangkara Cup dan runner-up ISC 2016, serta Piala Presiden 2017 dan 2019.
Kehadiran Presiden Arema Gilang Widya Pramana
Perjalanan Arema FC di kancah sepak bola Indonesia tidak melulu melewati jalan mulus. Dari awal berdiri hingga hari ini (11/8/2021) banyak diwarnai oleh kisah sulit, hingga akhirnya masuknya Gilang Widya Pramana mengubah image Arema FC yang dulu kaya utang, menjadi kaya beneran dengan hadirnya Juragan 99.
Baca Juga:Arema FC Tetap Semangat Meski Liga 1 Ditunda Lagi
Masa-masa sulit Arema FC bukan isapan jempol belaka. Itu adalah kisah nyata dari sebuah perjalanan. Berdiri sejak 11 Agustus 1987, Arema FC muncul sebagai tim swasta yang tampil di era Galatama di bawah kepungan tim-tim elit yang rata-rata dimiliki oleh perusahaan swasta yang cukup bonafit.
Kendati terseok-seok masalah pendanaan, dalam kurun waktu lima tahun sejak berdiri pada 1987, Arema FC mampu meraih gelar juara Galatama edisi 1992/1993. Saat itu Arema FC dianggap sebagai tim dengan militansi tinggi. “Mereka juara bukan karena uang!,” tegas Ovan Tobing, tokoh pendiri Arema FC yang kala itu menjabat sebagai manager tim.
Ovan Tobing dianggap sebagai orang yang paling tahu ketika Arema FC berada di masa-masa sulit. “Jaman berbeda, dulu tidak bisa dibandingkan dengan sekarang. Nomor satu ya semangat itu, tidak ada yang lain,” ungkapnya.
Singgih Pitono yang menyandang gelar pencetak gol terbanyak Arema FC juga membeberkan kisah selepas juara. Situasi menurutnya tidak berubah, berbeda jika yang juara adalah tim milik perusahaan atau tim miliki pemerintah bisa jadi akan banjir bonus.
Iming-iming rumah pernah didapatkan oleh pemain saat itu, namun bukan diberi rumah secara Cuma-Cuma melainkan rumah dengan cicilan. “Kalau ingat saat itu memang penuh dengan perjuangan, bonus rumah bukan serta merta kita dapat begitu saja, tapi juga beserta cicilannya,” ujarnya sambil tertawa.
Warna-warni Arema FC terus berlanjut. Gelar kompetisi reguler yang dibangga-banggakan hingga saat ini berhasil diraih ketika mereka menjadi juara Indonesia Super League 2009-2010. Aremania tumpah ruah ke jalan-jalan di Malang merayakan pesta juara. Kibaran bendera hingga blayer knalpot Aremania tak habis dalam kurun waktu seminggu saat itu.
Selepas juara di musim sebelumnya masalah demi masalah muncul ke permukaan. Tunggakan gaji pemain hingga pemain mengancam hengkang mewarnai pemberitaan Arema FC saat itu hingga akhirnya di musim ISL 2011-2012 mereka harus tampil dengan skuat seadanya hingga terjebak di urutan ke 12 pada akhir musim kompetisi setelah sempat was-was degradasi.
Kisah pahit dan manis tim Arema FC bisa saja terjadi kapan saja. Namun saat ini Arema FC harus bernafas lega setelah masuknya sosok berpengaruh Gilang Widya Pramana yang menjabat sebagai Presiden Klub bisa jadi adalah kado indah 34 tahun Arema FC. Mess baru yang mewah dan bus pemain adalah realisasi nyata yang sudah diwujudkan oleh sang Juragan 99.