Sejumlah Siswa di Kota Malang Gunakan Perahu Rakit untuk Berangkat Sekolah, BPBD Minta Dihentikan

Sejumlah siswa di Kota Malang terpaksa menggunakan perahu rakit untuk menyeberang Sungai Brantas saat berangkat sekolah.

Baehaqi Almutoif
Rabu, 04 Oktober 2023 | 08:35 WIB
Sejumlah Siswa di Kota Malang Gunakan Perahu Rakit untuk Berangkat Sekolah, BPBD Minta Dihentikan
Sejumlah siswa sekolah bersama warga saat menyebrang dari wilayah Mergosono ke wilayah Bumiayu menggunakan perahu rakit. [TIMES Indonesia]

SuaraMalang.id - Sejumlah siswa di Kota Malang terpaksa menggunakan perahu rakit untuk menyeberang Sungai Brantas saat berangkat sekolah, usai jembatan penghubung Kelurahan Mergosono dengan Bumiayu rusak.

Hampir dua minggu, siswa-siswa dari sekolah dasar dan menengah pertama menggunakan perahu rakit atau getek untuk menyeberang karena jembatan ditutup total karena perbaikan.

"Getek ini baru efektif sekitar 1-2 minggu lalu karena ada perbaikan jembatan penghubung," ujar Ketua RT 11 Kelurahan Mergosono, Hadi Prasetyo dikutip dari Ketik.co.id--jaringan Suara.com, Selasa (3/10/2023).

Hadi menjelaskan, jembatan tersebut rusak sejak 28 September 2023. Warga pun tidak bisa menggunakannya.

Baca Juga:Dapat Laporan Ancaman Pembunuhan di Medsos, Polres Malang Datangi Rumah Warga Bululawang

Masyarakat kemudian bernisiatif membuat rakit untuk menyeberangi sungai secara swadaya yang diinisiasi Komunitas Keramba Ikan.

"Pertama kita tujukan karena anak-anak dari komunitas ada yang bersekolah di SMP Negeri 7 Malang dan SD Negeri 4 Mergosono. Kalau siang banyak yang tidak bisa mengantar anaknya karena kerja, sehingga ada usul getek ini," katanya.

Sementara itu, Kepala BPBD Kota Malang, Prayitno meminta penyeberangan menggunakan perahu tersebut untuk dihentikan. Dia mengaku telah meninjau bersama lurah dan camat setempat.

"Kami koordinasi sama lurah dan camat untuk menyarankan tidak menggunakan rakit itu, karena risiko kecelakaan air," kata Prayitno dikutip dari TIMES Indonesia--media partner Suara.com, Selasa (3/10/2023).

BPBD yang memiliki fungsi mitigasi sempat meminjamkan rompi pelampung. Akan tetapi, Suprayitno meminta untuk dihentikan karena termasuk ilegal.

Baca Juga:Pemerintah Didesak Investigasi Ulang Tragedi Kanjuruhan

"Selain sungainya, tebing untuk akses turun juga curam. Kita beri rompi, karena mitigasi. Nah ini segera ada proses penghentian, kami akan koordinasi secepatnya," katanya.

Prayitno mengimbau masyarakat untuk menggunakan akses jalur darat lainnya.

"Saya lihat kemarin warganya itu saya tanya, ternyata mereka tidak bisa renang. Kita harus edukasi masyarakat agar menggunakan jalan darat untuk mengurangi resiko kecelakaan air, karena penggunanya mulai anak anak hingga dewasa," jelasnya.

Risiko kecelakaan air bisa terjadi apabila tiba-tiba terjadi air besar. Terlebih saat ini cuaca tidak bisa diprediksi, terkadang hujan. "Kecelakaan air itu menguras energi, jiwa dan psikis. Masa kita membiarkan warga seperti itu. Kami harus mengedukasi," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini