"Gate 13 banyak anak kecil dan wanita. Itu kuburan massal," ujarnya.
Aremania yang terjebak di Gate 13 berupaya keluar paksa dengan menjebol dinding semen, lantaran pintu terkunci rapat.
"Mereka berjuang dengan alat seadanya," lanjut dia.
Melihat kondisi itu, Ia berusaha meminta bantuan ke aparat yang sedang berjaga-jaga tak jauh dari lokasi. Namun permintaan tolong itu dibalas dengan cacian oleh aparat berseragam loreng.
Baca Juga:Ketua PSSI Ralat Skors Waktu Liga 1, Kini Dihentikan sampai Batas Waktu yang Tidak Ditentukan
"Malah saya mau dipukul, tapi ditangkis oleh teman saya," ujarnya.
Tak menyerah, Eko kembali berlari menyisir stadion dan bertemu Steward (pengamanan penyelenggara pertandingan). Evakuasi pun dilakukan, dan dipastikan ada ratusan Aremania telah meninggal bertumpukan di Gate 13 tersebut.
"Dibawah banyak anak- anak dan perempuan bertumpukan," ingat Eko.
Tragedi di Stadion Kanjuruhan sendiri menewaskan 125 orang yang terdiri dari suporter termasuk aparat. Derby Jawa Timur yang mempertemukan Arema FC dan Persebaya Surabaya itu ditutup dengan skor 2-3 dengan Bajul Ijo sebagai pemenangnya.
Laga 90 menit tersebut berjalan cukup normal, namun saat akhir pertandingan muncul intrik di tengah lapangan yang menyebabkan sejumlah penonton menerobos ke dalam. Keamanan sempat menghalau kerumunan, namun sayang gas air mata yang seharusnya tak perlu dilepas menjadi petaka bagi Kanjuruhan malam itu.
Baca Juga:(Gas) Air Mata di Tribun 12 Kanjuruhan, Aremania Terbantai di Rumah Sendiri
Kontributor : Aziz Ramadani