SuaraMalang.id - Ternyata penyakit Demensia Alzheimer bukan hanya disebabkan karena faktor keturunan. Namun ada sejumlah faktor lain yang memicunya.
Seperti disampaikan dokter spesialis saraf Pukovisa Prawiroharjo dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI). Ia menjelaskan Alzheimer bisa disebabkan karena penyakit hingga riwayat terbentur.
"Terdapat beberapa faktor risiko penyakit Alzheimer seperti pernah terbentur keras, genetik atau keturunan, hipertensi, diabetes, dan faktor risiko masalah pembuluh darah lainnya," katanya dikutip dari ANTARA, Rabu (21/09/2022).
Di sisi lain, penyakit Alzheimer dapat disebabkan karena kebiasaan buruk saat di usia muda seperti merokok hingga stres, demikian penjelasan Guru Besar FK UNIKA Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, SpS (K).
Baca Juga:Ternyata Resiko Demensia Alzheimer Dipengaruhi Oleh Gaya Hidup Sejak Masih ABG
"Penyebabnya multifaktor. Maksudnya banyak faktor risikonya. Yang penting dicatat seringkali kan dianggap Alzheimer itu penyakit orang tua," katanya.
"Selalu berfikir faktor usia itu saat sudah tua. Padahal dari beberapa studi sudah jelas apa yang kita lakukan di usia muda atau pada fase awal kehidupan itu menjadi faktor risiko saat usia lanjut," ujarnya menambahkan.
Selain itu, Yuda juga menjelaskan beberapa penyakit vaskuler dapat memicu timbulnya Alzheimer. Misalnya seperti hipertensi, diabetes, bahkan hingga obesitas.
"Nah faktornya beberapa penyakit vaskuler. Seperti hipertensi, diabetes, obesitas. Physical inactivity juga maksudnya nggak bergerak gitu ya," ujarnya.
Kemudian faktor lain bisa karena stres, merokok, termasuk hearing loss juga faktor risiko yang besar untuk terjadinya penurunan kognitif.
Baca Juga:Tekan Risiko Demensia Alzheimer, Ketua Dewan ALZI Ingatkan Pentingnya Hidup Sehat Sejak Muda
"Alkohol dan cedera kepala juga," katanya menjelaskan.
Kemudian, faktor risiko cedera kepala juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan di Indonesia. Pasalnya, masih banyak pengendara motor khususnya roda dua yang tidak memperhatikan pentingnya memakai helm.
"Di Indonesia cedera kepala juga menjadi perhatian meskipun saya belum dapat datanya. Tapi kita bisa bayangkan. Kasus cedera kepala pasti cukup tinggi karena banyak kendaraan bermotor khususnya roda dua, dan budaya helm di anak anak muda ini masih sedikit," papar Yuda.
Di samping itu, ternyata faktor psikis seseorang juga dapat memicu timbulnya Alzheimer. Misalnya merasa tidak dihargai, stres, depresi, bahkan orang yang sering berpikir negatif. Gangguan tidur pun juga bisa menjadi faktor penyakit Alzheimer.
Masalah kesehatan mental seperti merasa sendiri dan tidak dihargai juga bisa meningkatkan risiko Alzheimer, sama halnya seperti dengan pikiran negatif yang kerap mempengaruhi kehidupan sehari-hari, jelas Yuda.
"Misalnya anak nilainya bagus mikirnya pasti nyontek, dapat uang mikirnya hasil korupsi. Intinya repetitive negative thinking terhadap diri sendiri dan orang lain itu mempengaruhi," imbuhnya.
Oleh sebab itu, Yuda pun mengimbau masyarakat untuk mencegah timbulnya Alzheimer. Misalnya dengan meningkatkan aktivitas sosial seperti olahraga bersama, pengajian, dan lain sebagainya.
"Itu tadi faktor risiko. Nah ada faktor protektif. Faktor protektif itu orang yang banyak aktivitas sosial, biasanya orang tua kan pengajian, arisan, olahraga bareng, aktivitas mental, fisik, spiritual gitu. Jadi artinya perbanyak faktor protektif, hindari faktor risiko," katanya.