Tradisi Mepe Kasur Warga Kemiren Banyuwangi, Dipercaya Bikin Langgeng Hubungan Suami Istri

Warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi punya tradisi mepe kasur atau jemur kasur setiap menjelang Hari Raya Idul Adha.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Minggu, 03 Juli 2022 | 14:48 WIB
Tradisi Mepe Kasur Warga Kemiren Banyuwangi, Dipercaya Bikin Langgeng Hubungan Suami Istri
Tradisi jemur kasur di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi [Suara.com/Achmad Hafid Nurhabibi]

SuaraMalang.id - Warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi punya tradisi mepe kasur atau jemur kasur setiap menjelang Hari Raya Idul Adha. Konon tradisi ini dipercaya bisa membuat langgeng hubungan antara suami dan istri.

Tradisi mepe kasur ini dilakukan dengan menjemur kasur di halaman rumah masing-masing.

Uniknya semua kasur yang dijemur memiliki warna yang sama yakni merah hitam, dua warna itulah yang melambangkan sebuah harmonisasi rumah tangga dengan perpaduan prinsip keberanian hingga keabadian.

"Mungkin satu-satunya desa yang punya kasur seragam dengan warna merah dan hitam. Warna hitam warna keabadian dan merah warna keberanian dan kerja keras," kata Tokoh Adat Using Desa Kemiren, Adi Purwadi, Minggu (3/7/2022).

Baca Juga:Ode untuk Suku Osing, Desainer Wignyo Rahadi Tampilkan Batik Banyuwangi di Jakarta Fashion Trend 2022

Kedua unsur tersebut kemudian dijadikan prinsip warga Desa Kemiren dalam membangun rumah tangga.

"Kalau kita ngomong kasur berarti kita ngomong rumah tangga, kalau ingin rumah tangga bahagia maka ikut dua unsur tadi, keabadian tentang jodohnya 'katresnane' harus dikukuhkan dan dirawat, yang kedua kerja keras dan keberanian juga harus dirawat," ujarnya.

Keduanya saling memiliki keterikatan dalam kehidupan pasutri, mulai keterkaitan asmara yang terus dipupuk dan pundi-pundi keberanian untuk membangun perekonomian yang kayak, dari dua unsur tersebut diyakini mampu menjaga keharmonisan rumah tangga. 

"Kalau sudah cintanya terus dibangun dan ditopang dengan kerja keras untuk memenuhi kebutuhannya, barulah rumah tangga bahagia itu akan tercapai," cetus Purwadi.

Bahkan hingga kini, setiap orang tua di Desa Kemiren yang memiliki anak perempuan yang segera menikah, mereka memberi sebuah hadiah kasur merah hitam sebelum memberi kebutuhan-kebutuhan lain, hal ini beriringan dengan doa orang tua agar buah hatinya bahagia membangun rumah tangga baru.

Baca Juga:Warga Adat Suku Osing Banyuwangi Beri Penghormatan kepada Merah Putih

"Orang sini kalau punya anak perempuan pasti diberikan kasur merah hitam sebelum membeli kebutuhan lainnya," ungkapnya

Sebagai informasi, tradisi mepe kasur merupakan salah satu dari rangkaian upacara adat tumpeng sewu di Desa Kemiren yang digelar setiap minggu pertama bulan Dzulhijjah antara hari Kamis atau Minggu.

Upacara adat tumpeng sewu bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur warga suku Using atau Osing terhadap nikmat yang telah diberikan sang pencipta. 

Kontributor: Achmad Hafid Nurhabibi 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini