Demam Berdarah Menyerang 238 Warga di Kabupaten Pasuruan, Empat Orang Meninggal

Kasus kematian akibat DBD tersebut terjadikurun waktu empat bulan terakhir.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Sabtu, 28 Mei 2022 | 22:41 WIB
Demam Berdarah Menyerang 238 Warga di Kabupaten Pasuruan, Empat Orang Meninggal
Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD, Pasuruan. [istimewa]

SuaraMalang.id - Sejumlah empat orang meninggal akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Masyarakat diimbau waspada dan menjaga kebersihan.

Kasus kematian akibat DBD tersebut terjadi kurun waktu empat bulan terakhir. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pasuruan, dr. Ani Latifah mengatakan, keempat warga meninggal ini terdiri dari anak- anak hingga orang dewasa.

Menurutnya, DBD bisa berujung kematian jika penanganannya terlambat dan indikasi gejala sakitnya tidak diketahui secara dini.

“Demam berdarah itu penyakit yang harus diketahui sejak dini, dan seketika wajib diobati. Kalau sudah parah baru diobati bisa terlambat dan berakibat fatal, yakni kematian,” kata Ani mengutip beritajatim.com, Sabtu (28/5/2022).

Baca Juga:Komplotan Maling Gasak Motor di Dua Lokasi Sama di Pasuruan, Aksinya Terekam CCTV

Selain empat kasus warga meninggal, Dinkes Kabupaten Pasuruan mencatat sudah ada 238 kasus DBD sepanjang Januari hingga April 2022.

Ia berharap kasus akan semakin menurun sepanjang masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Utamanya dengan tetap melakukan gerakan 3M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, serta mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menimbulkan genangan air.

“Tetap jaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan kotor menjadi pemicu perkembangbiakan nyamuk, termasuk nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan DBD. Intinya PHBS dioptimalkan,” imbaunya

Tak hanya 3 M sebagai langkah antisipasi penyebaran nyamuk aedes agepthy, Ani juga menghimbau masyarakat untuk bisa menghindari gigitan nyamuk saat tidur dengan beberapa cara. Diantaranya dengan menggunakan kelambu atau menyalakan obat nyamuk atau menggunakan lotion anti nyamuk saat beristirahat.

Baca Juga:Sejumlah Anak dan Orang Dewas Meninggal Gegara Demam Berdarah di Probolinggo

Sedangkan dari Dinkes sendiri hingga kini masih melakukan fogging (penyemprotan) secara massive, menggalakkan para pemantau jentik alias jumantik (juru pemantau jentik) dan mengharapkan warga agar memasukkan bubuk abate ke dalam genangan air yang bisa berpotensi jadi sarang nyamuk.

“Kita sudah melakukan penyelidikan edipomologi dengan memutus penularan. Fogging kita galakkan kebersihan lingkungan melalui sosialisasi, sekaligus kita galakkan para jumantik berkeliling ke rumah warga sembari membawa bubuk abate,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini