Menikah Muda dan Bekerja Jadi Alasan Utama Anak Putus Sekolah di Malang

Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana, menyebutkan bahwa persoalan ATS cukup kompleks dan banyak dipengaruhi oleh faktor sosial.

Bernadette Sariyem
Rabu, 15 Januari 2025 | 21:12 WIB
Menikah Muda dan Bekerja Jadi Alasan Utama Anak Putus Sekolah di Malang
ILUSTRASI - Pencegahan pernikahan dini - (TikTok/@faleniera)

SuaraMalang.id - Penanganan anak tidak sekolah (ATS) menjadi salah satu program prioritas Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, jumlah ATS saat ini tercatat sebanyak 3.468 anak, menurun signifikan dari 5.534 anak pada tahun sebelumnya.

Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana, menyebutkan bahwa persoalan ATS cukup kompleks dan banyak dipengaruhi oleh faktor sosial.

“Banyak anak putus sekolah karena sudah menikah atau bekerja. Dengan penghasilan yang mereka dapatkan, mereka merasa tidak perlu melanjutkan pendidikan. Rata-rata, mereka berhenti setelah lulus SMP dan tidak melanjutkan ke SMA,” jelas Suwarjana, Rabu (15/1/2025).

Menurut Suwarjana, alasan utama anak putus sekolah bukanlah kemiskinan atau kriminalitas, melainkan pilihan untuk menikah atau bekerja.

Baca Juga:4 Restoran di Malang Diselidiki DPRD, Diduga Gelap Jadi Hiburan Malam

“Beberapa anak perempuan yang menikah tidak diizinkan suaminya untuk melanjutkan pendidikan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Ini salah satu tantangan yang harus dihadapi,” tambahnya.

Selain itu, data ATS yang kurang sinkron dengan kondisi lapangan juga menjadi kendala. Beberapa anak yang sudah tidak berada di wilayah Kota Malang masih tercatat sebagai ATS dalam data pusat.

Untuk mengatasi persoalan ATS, Disdikbud Kota Malang bekerja sama dengan instansi terkait, seperti Kementerian Agama (Kemenag) dan Cabang Dinas Pendidikan, untuk menjangkau anak-anak yang bersekolah di madrasah atau SMA.

“Kami juga mengerahkan tim untuk turun langsung ke kelurahan, mengidentifikasi dan mendata ATS yang belum terjangkau,” kata Suwarjana.

Meski tantangan cukup besar, Suwarjana optimis jumlah ATS di Kota Malang akan terus menurun hingga mencapai angka nol.

Baca Juga:Velodrome Malang Terbengkalai, DPRD Usul Gandeng Swasta

“Kami siap jemput bola, turun langsung ke masyarakat, dan memastikan anak-anak mendapatkan hak pendidikan mereka,” ujarnya.

Pemkot Malang mengajak semua pihak, termasuk keluarga dan masyarakat, untuk mendukung program ini. Dengan kolaborasi yang baik, Kota Malang berharap dapat mempertahankan predikat sebagai Kota Pendidikan dengan angka ATS yang semakin minim.

Kontributor : Elizabeth Yati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini