SuaraMalang.id - Dinas Kesehatan Kota Batu mencatat sebanyak 358 kasus Tuberkulosis (TBC) dari Januari hingga Agustus 2024. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya, dengan 423 kasus pada 2022 dan 465 kasus pada 2023.
Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, dr. Susana Indahwati, menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya menuju eliminasi TBC pada 2030 melalui berbagai langkah pencegahan.
"Salah satu upaya pencegahan adalah melakukan pemeriksaan kontak serumah dan kontak erat pasien TBC, minimal 8 orang," ujar Susana, Minggu (15/9/2024).
Pemeriksaan dilakukan dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) bagi yang bergejala, serta pemeriksaan Tuberkulin Skin Test (TST) dan rontgen bagi yang tidak bergejala, yang didanai oleh APBD.
Baca Juga:Tiga Pasangan Calon di Pilkada Kota Batu Dinyatakan Memenuhi Syarat Oleh KPU
Bagi kontak yang hasil TST-nya positif, diberikan pengobatan pencegahan menggunakan Isoniazid Rifapentin (3HP), diminum seminggu sekali selama 3 bulan.
Pengobatan TBC sendiri dibedakan menjadi dua jenis: TBC Sensitif Obat (SO) dan TBC Resisten Obat (RO). Untuk TBC SO, pengobatan menggunakan kombinasi dosis tetap (KDT) yang diminum setiap hari selama 6 bulan.
Sedangkan TBC RO membutuhkan pengobatan lebih lama, antara 9 hingga 24 bulan, namun panduan terbaru BPaL/M memungkinkan pengobatan lebih pendek, hanya 6 bulan.
"Pengobatan TBC di Kota Batu dapat dilakukan di seluruh rumah sakit, puskesmas, dan Klinik Arhanud," pungkas Susana.
Upaya pencegahan dan pengobatan ini diharapkan dapat menekan jumlah kasus TBC di Kota Batu dan mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030.
Baca Juga:Waspada! Marak Penipuan Sewa Villa di Kota Batu via Instagram
Kontributor : Elizabeth Yati