SuaraMalang.id - Harapan tinggi Aremania untuk memadati Stadion Soepriadi di Kota Blitar dalam pertandingan perdana Liga 1 2024/2025 antara Arema FC dan Dewa United tidak terwujud.
Hanya 831 penonton yang hadir dalam pertandingan tersebut, meskipun tiket yang dijual online telah mencapai angka 1.000 lembar.
Tribun ekonomi, khususnya di bagian utara stadion, terlihat sangat kosong. Para penonton yang hadir lebih memilih untuk menempati tribun ekonomi timur dan selatan, serta tribun VIP di bagian barat.
Panitia penyelenggara pertandingan sebenarnya telah menyiapkan kuota sebanyak 3.000 lembar tiket, namun tampaknya banyak faktor yang menghambat kehadiran maksimal Aremania.
Baca Juga:Syaeful Anwar Janji Kemenangan Usai Arema Bermain Imbang di Ulang Tahun Klub
Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain waktu pertandingan yang berlangsung sore hari di hari kerja efektif dan harga tiket yang dinilai mahal oleh beberapa Aremania.
Harga tiket ekonomi dibanderol Rp 150.000 dan tiket VIP Rp 200.000, dijual secara online tanpa ada penjualan di lokasi pertandingan.
Di luar stadion, beberapa Aremania terlihat tidak dapat masuk karena tiket yang habis dijual secara online, dan mereka tidak dapat membeli di stadion.
Meski demikian, mereka tetap mendukung dengan menyanyikan yel-yel Arema dari luar stadion. Menjelang akhir pertandingan, sebagian dari mereka berhasil bergabung di tribun timur dan terus memberikan dukungan kepada tim.
Saat pertandingan berakhir, tim pelatih dan pemain Arema FC berkeliling lapangan untuk menyapa para pendukung.
Baca Juga:Joel Cornelli Puas, Pertarungan Sengit Arema FC vs Dewa United Berakhir Imbang
Dalam nyanyian mereka, Aremania meminta tim untuk kembali menggunakan Stadion Gajayana di Kota Malang sebagai home base, mengingat Stadion Gajayana bukan hanya milik Persema.
Kejadian ini menyoroti tantangan dalam mengelola kehadiran penonton dan kepuasan penggemar di stadion, khususnya dalam menyediakan akses yang memadai serta harga tiket yang terjangkau.
Manajemen Arema FC dan penyelenggara pertandingan mungkin perlu meninjau kembali strategi mereka dalam penjualan tiket dan promosi pertandingan untuk menghindari kekecewaan serupa di masa depan.
Kontributor : Elizabeth Yati