Joko Santoso Pria Malang yang Buta Habis Vaksin Kini Jadi Pemasang Senar Raket

Warga Kelurahan Arjowinangun Kecamatan Kedungkandang Kota Malang itu buta setelah menjalani vaksinasi Covid-19 jenis AstraZeneca.

Muhammad Taufiq
Minggu, 12 Desember 2021 | 15:47 WIB
Joko Santoso Pria Malang yang Buta Habis Vaksin Kini Jadi Pemasang Senar Raket
Joko Santoso memasang senar raket di rumahnya [SuaraJatim/Bob Bimantara]

SuaraMalang.id - Joko Santoso (38) harus berpikir keras untuk tetap bertahan hidup. Warga Kelurahan Arjowinangun Kecamatan Kedungkandang Kota Malang itu buta setelah menjalani vaksinasi Covid-19 jenis AstraZeneca.

Dia sudah tidak bisa bekerja lagi sebagai kuli bangunan. Kabar terbaru, Joko beralih pekerjaan menjadi buruh pengerajin raket. Sudah sejak satu minggu lalu, dia dibantu ayah mertuanya Sabar (60) memasang senar ke raket.

"Ya sekarang setelah gak bisa lihat itu ya jagain anak. Tapi karena gak enak gak ngapa-ngapain ya sekarang sama nyambi jadi buruh raket ini," kata dia ke wartawan, Minggu (12/12/2021).

Mirisnya, penghasilan Joko kini turun drastis dibanding dengan pekerjaannya sebagai kuli bangunan. Dengan memasang senar satu raket, dia hanya mendapat upah Rp 500.

Baca Juga:Viral, Beberapa Orang Berswafoto di Erupsi Gunung Semuru, Warganet: Krisis Etika

"Dan saya selesainya untuk 60 raket itu bisa dua hari. Dapat Rp 30 ribu dan dibagi sama bapak. Kalau dulu jadi kuli satu hari Rp 100 ribu lumayan. Tapi gak papa saya syukuri saja," ujar dia.

Joko pun saat memasang senar raket bukan tanpa halangan. Dia masih sulit melihat. Joko butuh cahaya untuk melihat jelas lubang-lubang pada raket.

"Dan biasanya itu saya rabah-rabah saja. Ya lama yang bikin cepat ya bapak ini," kata dia.

Pekerjaan sebagai buruh pengerajin raket ini pun didapatnya dari rekomendasi istrinya, Titik Handayani (33).

"Ya istri itu ada teman terus daripada nganggur saya diberi pekerjadn itu," tutur dia.

Baca Juga:Tanah Longsor Melanda Bantaran Sungai Brantas di Kota Malang, Rumah Ini Nyaris Ambrol

Joko pun tidak mengapa bahwa penghasilannya kecil. Dia agak muak dengan cibiran dan sindiran beberapa masyarakat.

"Saya dikira viral gini dikira mengemis dikira minta bantuan ada yang bilang gitu. Yah saya pokoknya gak mau dibilang pengemis ya saya apapun bisa saya lakukan untuk bertahan hidup," kata dia.

Joko pun sebenarnya masih belum puas dengan hasil konferensi pers terkait alasan dia mengalami gangguan penglihatan.

Sebagaimana sebelumnya, pihak RSSA Kota Malang menyebut gangguan penglihatan mata Joko bukan dikarenakan adanya penyumbatan darah pada mata sebagaimana kasus gejala pasca-vaksin Astrazeneca. Namun tim dokter mendiagnosa Joko menderita peradangan pada saraf mata.

"Tapi saya punya bukti saya ini sehat. Saya juga tidak ada riwayat penglihatan atau syaraf sebelumnya. Saya bertanya ke dokter kemarin 'dok kalau seandainya saya tidak vaksin kemarin, apakah saya tetap baik-baik saja?' Terus dokternya hanya diam . Itu yang saya tidak puas," ujarnya.

Namun, Joko tidak bisa berbuat apa-apalagi selain berpasrah dengan keputusan tim dokter yang mendiagnosanya.

"Saya ini apa mas, saya ya masyarakat ya dokter lebih pintar dan nurut pemerintah saja," ujar dia.

Sementara itu, Joko mengaku penglihatannya kini masih tetap terbatas. Terbatasnya jika tidak ada cahaya yang cukup.

"Kalau malam itu wes gak bisa lihat. Kalau ada lampu sek bisa lihat hitam putih. Kalau gak ada ya wes peteng," tutur dia.

Dia pun mengaku kini mudah sakit. Dia pun saat ini sedang mengalami sakit flu.

"Ini aja flu. Gampang greges mas. Saya sek belum berani keluar rumah dengan jarak jauh," katanya menegaskan.

Kontributor : Bob Bimantara Leander

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini