Peringatan Malari 78, Hariman Siregar: Jokowi Lebih Berbahaya Ketimbang SBY

"Sebaliknya, Jokowi, yang terpilih secara demokratis, dinilai telah berubah menjadi sosok yang antidemokrasi selama sembilan tahun berkuasa," kata Hariman Siregar.

Chandra Iswinarno
Selasa, 16 Januari 2024 | 11:54 WIB
Peringatan Malari 78, Hariman Siregar: Jokowi Lebih Berbahaya Ketimbang SBY
Presiden Jokowi dan SBY di Istana Merdeka pada 2017 [BPMI Setpres]

SuaraMalang.id - Aktivis Malari, Hariman Siregar, menyampaikan pandangan kritis terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo alias Jokowi , dalam peringatan 50 tahun peristiwa Malari yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Senin (15/1).

Menurut Hariman, Jokowi dianggap lebih berbahaya daripada mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dalam hal pelemahan demokrasi di Indonesia.

Dalam sambutannya yang bertajuk “The Last Battle Democracy dan Lawan Politik Dinasti”, Hariman menyatakan bahwa meskipun SBY memiliki beberapa kelemahan, dia tetap seorang demokrat.

"Sebaliknya, Jokowi, yang terpilih secara demokratis, dinilai telah berubah menjadi sosok yang antidemokrasi selama sembilan tahun berkuasa," kata Hariman Siregar.

Baca Juga:Eks Panglima TNI: Dulu Bung Karno Butuh 10 Pemuda, Jokowi Cukup dengan Gibran Jadi Guncang Semuanya

Hariman mengemukakan beberapa alasan yang mungkin menjelaskan perubahan sikap Jokowi. Salah satunya adalah kelemahan institusi dan civil society di Indonesia, yang memberi ruang bagi Jokowi untuk bertindak sesuka hati.

Acara peringatan Malari ini turut dihadiri oleh ratusan aktivis dan tokoh penting, termasuk aktivis Pro Demokrasi Syahganda Nainggolan, Bursah Zarnubi, aktivis 1998 Ubedilah Badrun, dan lintas generasi aktivis lainnya.

Selain para aktivis, hadir pula tokoh-tokoh seperti mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, dan pengamat militer Connie Rahakundini.

Selain itu ada pula ekonom INDEF Faisal Basri, mantan politikus Nasdem Akbar Faizal, Pendiri Lembaga Survei PolMark Eep Saifulloh Fatah, Ketua Umum Partai Masyumi Reborn Ahmad Yani, dan Ketua Umum KSPSI Jumhur Hidayat.

Kritik Hariman ini menyoroti pentingnya menjaga demokrasi di Indonesia dan mengingatkan masyarakat tentang potensi bahaya yang timbul dari kepemimpinan yang tidak mendukung nilai-nilai demokratis.

Baca Juga:Pengamat: Kalau 01 dan 03 Koalisi, Terbuka Peluang Pemakzulan Presiden Jokowi

Peringatan Malari tidak hanya menjadi ajang refleksi atas peristiwa historis, tetapi juga sebagai platform untuk mengevaluasi dan mengkritisi kondisi politik dan demokrasi saat ini di Indonesia.

Kontributor : Elizabeth Yati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini