Prevalensi Paling Tinggi di Jatim, Bupati Jember Diminta BKKBN Fokus Turunkan Stunting

Kabupaten Jember menempati urutan pertama di Jawa Timur dalam prevalensi balita stunting yakni 34,9 persen.

Eleonora PEW
Rabu, 01 Februari 2023 | 10:56 WIB
Prevalensi Paling Tinggi di Jatim, Bupati Jember Diminta BKKBN Fokus Turunkan Stunting
Ilustrasi stunting (Freepik.com)

SuaraMalang.id - Bupati Jember, Jawa Timur, Hendy Siswanto diminta untuk fokus menurunkan kasus kekerdilan (stunting), kemiskinan ekstrem, hingga angka kematian ibu dan bayi. Instruksi itu disampaikan langsung oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.

"Saya mengajak serta seluruh jajaran pemerintahan dan masyarakat Jember untuk fokus menurunkan kemiskinan ekstrem, angka stunting, serta kematian ibu dan bayi," katanya saat mengunjungi Kabupaten Jember, Selasa.

Ia mengatakan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, Kabupaten Jember menempati urutan pertama di Jawa Timur dalam prevalensi balita stunting yakni 34,9 persen.

Namun data Kemenkes berbeda dengan data Dinas Kesehatan Jember yang menyebutkan jumlah balita stunting pada tahun 2021 tercatat 11,74 persen dan mengalami penurunan pada tahun 2022 menjadi 7,37 persen.

Baca Juga:Siapkan SDM Berkualitas, Pemkab Bandung Barat Berkomitmen Terus Turunkan Angka Stunting

Untuk angka kematian ibu pada tahun 2021 sebanyak 115 orang dan mengalami penurunan pada tahun 2022 menjadi 58 orang, sedangkan angka kematian bayi dan balita tercatat sebanyak 357 anak pada tahun 2021 dan menurun menjadi 287 anak pada tahun 2022.

"Target pada 2023, angka kematian ibu dan bayi harus turun yang salah satunya dengan pemakaian alat kontrasepsi yang baik dan benar," katanya.

Ia mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Jember melalui sejumlah program di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi yang memiliki Program Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS).

"Saya berharap masyarakat Jember dapat memanfaatkan program itu dengan cara melakukan pemasangan KB setelah melahirkan anak untuk mencegah jarak lahir yang terlalu dekat," katanya.

Hasto Wardoyo menjelaskan semua program itu digratiskan karena alatnya ada, biaya pasangnya juga ada, sehingga semua sudah disediakan di layanan kesehatan dan Bupati Jember telah mendukung program itu, sehingga dipastikan program tersebut sukses.

Baca Juga:Cari Kasus Stunting di Jakarta, Heru Budi Bakal Keliling Kota

Sementara Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan bahwa pihaknya pada 2023 akan lebih fokus melakukan berbagai upaya penurunan angka stunting sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.

"Penurunan stunting tidak boleh tidak, wajib itu. Nantinya akan dikolaborasikan 15 perangkat daerah untuk membantu menurunkan angka stunting di Kabupaten Jember," katanya.

Menurutnya pencegahan pernikahan dini juga termasuk di dalam program pencegahan stunting nantinya dan Jember Pusat Edukasi Penurunan Stunting akan menjadi program andalan nantinya.

"Targetnya pada 2024 angka stunting di Kabupaten Jember harus nol," demikian Hendy Siswanto. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini