Fenomena Suhu Dingin 'Bediding' Melanda Banyuwangi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dilanda suhu dingin, khususnya pada pagi dan malam hari. Fenomena tersebut berlangsung sepekan terakhir.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Selasa, 26 Juli 2022 | 15:11 WIB
Fenomena Suhu Dingin 'Bediding' Melanda Banyuwangi
Suasana berkabut kawasan Gantasan, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi. [Suara.com/Achmad Hafid Nurhabibi]

SuaraMalang.id - Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dilanda suhu dingin, khususnya pada pagi dan malam hari. Fenomena tersebut berlangsung sepekan terakhir.

Fenomena suhu udara dingin tersebut dikenal dengan nama fenomena bediding, di dataran rendah suhu berkisar antara 22 derajat celsius hingga 30 derajat celsius, sedangkan di dataran tinggi berkisar 20 hingga 22 derajat celsius. 

Fenomena bediding biasa terjadi pada bulan Juli, Agustus, awal September yang menandakan musim kemarau telah tiba.

Berdasarkan keterangan Prakirawan BMKG Banyuwangi, Fredy Tri Kurniawan, fenomena bediding dipicu adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah monsoon dingin Australia. 

Baca Juga:Pengawasan Jadi Kunci Turunkan Kasus Kekerasan pada Anak di Banyuwangi

Selain datangnya udara dari Australia yang memiliki suhu relatif dingin tersebut, kondisi cakupan awan juga tidak begitu tebal.

"Suhu dingin ini biasa disebut bediding. Bediding sendiri ini adalah fenomena yang disebabkan oleh minimnya cakupan awan. Karena cakupan awan di atas sedikit akibat masuknya udara dari Australia yang sifatnya kering dan dingin, maka panas matahari yang biasanya ditahan oleh awan, akan langsung lepas ke atmosfer kembali, jadi tidak ada yang ditahan di Bumi," kata Fredy, Selasa (26/7/2022).

Menurut Fredy, posisi awan ibarat selimut bagi bumi, awan memiliki fungsi menahan uap air dan panas dari bumi akibat sinar matahari, dan jika komposisi awan di atas minim bahkan tidak ada, maka suhu panas akan langsung kembali menuju angkasa, sehingga suhu di bumi terasa dingin.

"Ketika siang hari matahari akan memanaskan dan menghangatkan bumi, setelah itu akan melepaskan panasnya kembali, maka kalau tertahan ke awan maka panasnya akan kembali lagi ke bumi. Karena sekarang sudah masuk musim kemarau dan selimutnya ini minim, maka panas akan kembali ke atmosfer," ungkapnya.

Sementara itu, salah satu warga Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Zulfan Maulana bercerita jika suhu di Desanya sangat dingin, terutama di pagi dan malam.

Baca Juga:170 Petenis dari Berbagai Provinsi Ikuti Banyuwangi Open Yunior Tenis Tournament

Desa Tamansari sendiri merupakan desa terletak di lereng gunung ijen, yang merupakan salah satu kawasan di dataran tinggi, dalam beberapa pekan terakhir warga di sekitar kawasan tersebut terus merasakan hawa dingin.

"Salam beberapa waktu ini memang dingin, sebelumnya sering hujan terus menerus, tapi akhir-akhir ini tidak hujan tapi rasanya dingin," cetus Zulfan.

Dia menyebut jika semakin ke atas suhu juga semakin mengecil, di rumahnya yang terletak di Dusun Tanahlos, suhu memang sudah dingin. Tapi berbeda saat dia bermain di wilayah Gantasan, dia merasakan dingin yang lebih mencekam.

"Di rumah itu sudah dingin, kadang 20 sampai 22 derajat (celsius), di Gantasan sana lebih dingin lagi malah," ungkapnya.

Kontributor : Achmad Hafid Nurhabibi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini