SuaraMalang.id - Masjid terletak di Jalan Bungkuk, RT 04 RW 04 Kelurahan Pagentan Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Nampak megah masjid dengan cat berwarna krem.
Masjid At-Thohiriyah atau lebih dikenal dengan Masjid Bungkuk merupakan saksi bisu penyebaran Islam di Malang Raya khususnya Kecamatan Singosari.
Namun di tengah masjid dua lantai itu terdapat empat pilar kayu setinggi lima meter dengan ukiran. Persis di tengah antar pilar terdapat lampu gantung.
Empat kayu tersebutlah saksi bisu sejarah penyebaran masjid itu.
Baca Juga:Sejarah Masjid Jogokariyan: Muncul di Sarang Komunis Kini Jadi Tempat Rekonsiliasi Eks PKI
Penasihat Masjid Bungkuk, H. Moensif Nachrawi menjelaskan, empat kayu itu adalah sisa peninggalan Kiai Hamimuddin.
Diceritakannya Hamimuddin merupakan bekas Laskar Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1825 Laskar tersebut kalah oleh Belanda dan Hamimuddin berpindah ke Malang untuk menyebar agama Islam.
"Ketika perang Belanda - Diponegoro dan kalah. Pangeran Diponegoro berpesan bagi laskar-laskarnya agar menyebarkan agama Islam dimanapun berada. Termasuk salah satunya Kiai Hamimuddin di Malang," kata dia, Kamis (7/4/2022).
Moensif saat datang ke Singosari, waktu itu langsung membangun sebuah gubuk di tengah hutan.
Gubuk itu dibangun dengan material seadanya seperti bambu. Gubuk itu difungsikan sebagai masjid bagi Kyai Hamimuddin.
Baca Juga:Jejak Sejarah Masjid Raya Singkawang, Ikon Kota Paling Toleran
"Dulu itu gubuk tapi difungsikan buat salat dan juga untuk mengajar ngaji di tengah hutan. Awalnya hanya ada satu dua santri," ujarnya.
Setelah hadir di wilayah Singosari, gubuk itu pun menjadi perbincangan warga sekitar yang merupakan mayoritas warga Hindu.
Dijelaskan, Moensif, banyak warga Hindu di wilayah Singosari karena peninggalan Kerajaan Singosari.
Perbincangan itu dikarenakan waktu itu kegiatan salat di gubuk atau masjid itu adalah hal yang baru. Bagian salat saat rukuk dan sujud adalah hal baru bagi warga beragama Hindu pada waktu itu.
"Makannya ada omongan-omongan dari telinga itu loh di sana ada bungkuk-bungkuk. Padahal itu rukuk. Makannya masjid ini atau kawasan ini disebut sebagai Bungkuk," kata dia.
Beberapa warga pun penasaran dengan kegiatan itu. Ditemukanlah hal yang diinginkan warga beragama Hindu waktu itu di agama Islam yang waktu dianggap baru.