SuaraMalang.id - Dalam beberapa hari ini hujan deras dengan intensitas tinggi masih terus mengguyur kawasan Bondowoso Jawa Timur. Bahkan diprediksi dalam beberapa hari ke depan cuaca ekstrem ini masih terjadi.
Demikian disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Lembaga otoritas cuaca itu memperkirakan hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada Januari dan Februari. Namun faktanya hingga Maret hujan masih terus mengguyur.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Dadan Kurniawan, mengatakan pergeseran musim biasanya lebih cepat, atau bisa lebih lambat satu bulan.
Namun untuk tahun ini, musim hujan diperkirakan masih akan berlangsung hingga Bulan April mendatang, dengan kategori curah hujan intensitas menengah.
Baca Juga:Bupati Bondowoso Polisikan Ketua DPRD, Begini Penjelasan Kuasa Hukum Kedua Belah Pihak
Ia juga meminta kepada masyarakat tetap waspada dengan potensi bencana yang ada. Potensi bencana di Bondowoso diantaranya banjir, tanah longsor dan angin kencang atau puting beliung.
Daerah rawan bencana banjir, di antaranya Kecamatan Bondowoso, Botolinggo, Cermee, Grujugan, Jambesari DS, Klabang, Prajekan, Sukosari, Tapen, Tegalampel, Tlogosari dan Wonosari.
Kawasan rawan bencana banjir bandang terdiri dari Kecamatan Botolinggo, Cermee, Ijen, Klabang, Prajekan dan Tapen.
Sementara kawasan rawan bencana gerakan tanah dan tanah longsor terletak di Kecamatan Binakal, Botolinggo, Cermee, Grujugan, Ijen, Klabang, Maesan, Pakem, Sumber Wringin, Taman Krocok dan Tlogosari.
Kemudian bencana kekeringan biasanya terjadi di Kecamatan Binakal, Botolinggo, Cermee, Curahdami, Grujugan, Ijen, Maesan, Pakem, Sukosari, Sumber Wringin, Tapen dan Tlogosari.
Baca Juga:Riuh Tuduhan Praktik Jual Beli Jabatan, Begini Sikap Wakil Bupati Bondowoso
Kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Ijen. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api, di Kecamatan Ijen, Sumberwringin, dan Tlogosari.
Kemudian kawasan rawan epidemi atau wabah penyakit dan rawan bencana puting beliung, seluruh kecamatan memiliki potensi yang sama. Selain itu, kawasan rawan bencana likuifaksi berada di Kecamatan Botolinggo, Cerme, Klabang, Prajekan, Tapen, dan Wonosari.
Menurut Dadan, bencana sering terjadi tanpa peringatan, sehingga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapinya.
"Salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana, masyarakat harus memahami bahaya dan sistem peringatan dini di wilayah masing-masing," kata dia seperti dikutip dari timesindonesia.co.id jejaring media suara.com.
Menurutnya, warga harus rute evakuasi dan rencana pengungsian. Serta memiliki keterampilan untuk mengevakuasi dan melakukan tindakan cepat. Selain itu, melakukan latihan mengantisipasi bencana juga menjadi salah satu yang diperlukan dalam menghadapi bencana.
"Serta mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi dan melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan," paparnya, Rabu (16/3/2022).
Diberitakan sebelumnya, longsor terjadi di seputaran jalan menuju objek wisata Tancak Kembar, Kecamatan Pakem, Sabtu (12/3/2022).
Longsor terjadi sepanjang 15 meter, lebarnya 8 meter, dengan tingginya dua meter. Sudah tiga kali terjadi bencana longsor di akses menuju Wisata Tancak Kembar Kecamatan Pakem Bondowoso, selama musim penghujan. Saat itu juga terjadi hujan deras.