Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 12 Oktober 2021 | 16:32 WIB
Tim peneliti mahasiswa UMM Malang [Foto: Antara]

SuaraMalang.id - Hasil penelitian ini tentu sangat bermanfaat bagi dunia psikologis. Ternyata, gangguan depresi pada diri seseorang bisa dideteksi melalui urine.

Ini diteliti oleh sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Menurut mereka, gangguan depresi pada seseorang yang dapat dideteksi melalui urine yang bersangkutan (pasien).

Uswatun Hasanah, salah satu tim peneliti mengatakan kalau depresi merupakan gangguan kejiwaan yang seringkali dialami oleh sebagian masyarakat.

Masalahnya, kata dia, di Indonesia belum ada alat diagnosis gangguan depresi yang cepat dan tepat dengan menggunakan laboratorium.

Baca Juga: Kasus Gowes ke Kondang Merak, Wali Kota Malang Jadi Terdakwa Didenda Rp 25 Juta

"Melihat permasalahan ini, kami mencoba melakukan penelitian untuk mengembangkan diagnosis laboratorium pasien depresi dengan menggunakan urine pasien," katanya, seperti dikutip dari Antara, Selasa (12/10/2021).

Proses diagnosis gangguan depresi saat ini masih menggunakan skala dan kluster gejala dari pasien saja. Hal ini membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan uji laboratorium.

Karena itu, Uswatun dan timnya meneliti perubahan urine dari orang normal ke pasien gangguan depresi untuk uji coba laboratorium.

“Untuk mendeteksi gangguan depresi pada pasien, kami menggunakan Biomarker N-Methylnicotinamid & Hippuric Acid," ujarnya.

Setelah tiga bulan melakukan penelitian, kata Uswatun, timnya dapat menarik kesimpulan bahwa kadar biomarker n-methyl dan hippuric pada pasien gangguan depresi mengalami peningkatan ketimbang orang normal. Hal ini bisa menjadi acuan untuk mendiagnosis pasien gangguan depresi dengan menggunakan uji laboratorium.

Baca Juga: Terendah Selama Pandemi, Kini Hanya Ada Delapan Pasien Covid-19 di RSSA Kota Malang

Mahasiswa Prodi Kedokteran UMM ini menceritakan penelitian ini sempat terkendala oleh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dengan adanya PPKM, timnya tidak bisa melakukan penelitian di rumah sakit (RS) dan mendapatkan sampel urine pasien gangguan depresi.

“Waktu penelitian kami terbatas dan PPKM menjadi kendala terbesar untuk melanjutkan penelitian. Setelah tim kami mencari informasi ke beberapa dokter, akhirnya kami bisa melakukan penelitian dan mendapat sampel urine di Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM) Lamongan,” ujarnya.

Penelitian terkait deteksi gangguan depresi lewat urine itu diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dan mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Dalam penelitian tersebut, Uswatun ditemani oleh empat mahasiswa lainnya, yaitu Al-Bidarri Tsamira Annafila, Handini Risma Hani, dan Sekar Asih dari Prodi kedokteran serta Nadila Apriola Susanto dari Fakultas Psikologi.

"Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya para psikiater dan psikolog dalam mendiagnosis pasien gangguan depresi," ujarnya.

"Ke depannya penelitian ini juga bisa ditindaklanjuti untuk pembuatan kit penunjang diagnosis, sehingga para pasien gangguan depresi mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat," katanya menegaskan.

Load More