Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Minggu, 15 Agustus 2021 | 13:21 WIB
Monumen Badjuri di Pertigaan Jalan Raya Pakisaji Desa Jatirejo Kecamatan Pakisaji, Minggu (15/8/2021) [Suara.com/Bob Bimantara Leander]

"Jadi tidak pernah tahu Belanda itu. Dia operasinya diam-diam memang," tutur dia.

Badjuri mengetahui rencana tentara Belanda menjadi target operasi dari mata-matanya. Salah satu mata-matanya adalah ayah dari Karmuji.

"Iya bapak saya salah satunya. Dulu kerja di kantor Belanda. Lah bapak saya itu kadang dengar mau operasi di mana dan lalu sepedaan memberitahu tentara begitu," kata dia.

Namun upaya Badjuri pun kadang mempunyai hambatan. Hambatan tersebut datang dari mata-mata Belanda, yakni Kades Pakisaji waktu itu, Yahmoen. Yahmoen menjadi mata-mata Belanda karena ingin memperkaya diri sendiri.

Baca Juga: Album Checkmate ITZY Susul Catatan Manis BLACKPINK dan aespa

"Nah Mbah Yahmoen itu memberitahu mata-mata begitu. Kades sini dulu. Dia memberitahu keberadaan tentara Indonesia atau rakyat yang meberontak. Akhirnya dari informasi itu Belanda mampu membunuh pemberontak atau tentara Indonesia," ujarnya.

Setiap harinya, ada saja warga Pakisaji yang hilang dan meninggal saat tentara Belanda beroperasi. Mengetahui bahwa Yahmoen adalah seorang penghianat. Badjuri bersama prajurit tentara lain menyusun rencana membunuh Yahmoen.

"Mata-matanya di setiap desa ada. Kalau di Desa Pakisaji itu ya Pak Yahmoen. Dan akhirnya dibunuh oleh Badjuri dan tentara itu ya sekitar tahun 1947," kata dia.

Sepeninggal Yahmoen, Belanda geram. Tentara Belanda yang bermarkas di dekat PG Kebonagung mencari siapa otak dari matinya Yahmoen.

Pada pertengahan 1948, pada pagi hari yang normal Badjuri tidak mengira bahwa hari itu adalah hari terakhirnya menjadi tentara.

Baca Juga: Dinkes Kabupaten Malang: 480 Ribu Warga Telah Vaksin Covid-19

Dia seperti biasa sedang keliling sekitar Jalan Kauman Desa Pakisaji Kecamatan Pakisaji atau sebelah utara Pakisaji.

Load More