Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Senin, 02 Agustus 2021 | 06:00 WIB
Wali Kota Malang Sutiaji terkait BOR rumah sakit rujukan Covid-19. [Suara.com/Bob Bimantara Leander]

SuaraMalang.id - Bed occupancy rate (BOR) atau okupansi rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Malang, Jawa Timur mencapai 125 persen. Namun, pasiennya didominasi warga luar kota.

Dari total 1.007 bed, hanya 365 bed yang diisi pasien Kota Malang.

Wali Kota Malang Sutiaji menjelaskan, akibat kondisi itu banyak warganya yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah. Demi membantu warganya yang isoman, pihaknya mengupayakan pemenuhan layanan tabung oksigen.

"Okupansi IGD kita 125 persen. Maka kami punya kebijakan nanti ada yang namanya tabung oksigen yang kami ambil dari negara tetangga. Pengadaan 600 tabung itu nanti akan kami siapkan di tanggal 10 Agustus 2021," ujar Sutiaji melansir timesindonesia.co.id -- jejaring suara.com, Minggu (1/8/2021).

Baca Juga: Unit Mobiling Isi Ulang Oksigen Gratis Siap Melayani Pasien Isolasi di Kabupaten Malang

Wali Kota Sutiaji mengatakan, jika ingin menambah kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19 tidak lah mudah. Sebab harus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait berbagai kebutuhan vital. Termasuk tentang pembiayaan, tenaga kesehatan (nakes) dan fasilitas medis penunjang.

Dicontohkannya, kebutuhan oksigen dan ventilator juga harus dikoordinasikan dengan Kemenkes.

"Belum dapat jawaban dari pusat. Ketika IGD ditambah, oksigen gimana pembiayaannya. Seperti di RSUD kami tempatkan penambahan 60 sampai 70, tapi kami tetep koordinasi dengan Kemenkes terkait cover biaya," jelasnya.

Ia juga telah membahas kemungkinan mendirikan tenda darurat sebagai tempat pasien mengantre.

"Saya koordinasi dengan dr Kohar ada penambahan centra IGD di jalan depan IGD RSSA. Itu jalannya di tutup, diberikan tenda untuk dibuka bed penambahan. Itu untuk menunggu di jalan," ungkapnya.

Baca Juga: 12 Ribu Relawan Bantu Penanganan COVID-19 di Kota Malang

Wali Kota Sutiaji menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran untuk menugaskan mahasiswanya membantu RS rujukan Covid-19. Hal itu solusi minimnya minat lowongan relawan nakes yang telah dibuka.

"RSSA dan RSUD saat ini kekurangan nakes. Awal dibuka pendaftaran ada 20 yang daftar, ketika tes hanya 3 orang saja yang datang. Rasio para pasien dengan nakes sekarang tidak terpenuhi. SE Kemenkes yang membolehkan perawat yang belum lulus diktwe untuk direkrut, itu kami manfaatkan. Sudah saya koordinasikan dengan perguruan tinggi untuk menugasi mahasiswanya," tuturnya.

Load More