- Endapan sampah tinggi menyebabkan saluran tertutup dan banjir meluas di Kota Malang.
- Bozem Tunggulwulung meluap akibat debit air berlebihan saat hujan.
- Proyek drainase berjalan untuk atasi banjir Kota Malang 2026 mendatang.
SuaraMalang.id - Banjir Kota Malang, Jawa Timur (Jatim), dipicu oleh endapan sampah yang menimbulkan sedimentasi saluran. Aliran air tersumbat dan meluap ke permukaan usai hujan deras pada Kamis (4/12/2025).
Hal itu diungkapkan Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, saat meninjau kondisi banjir di Kelurahan Purwodadi, Kecamatan Blimbing, Jumat (5/12/2025).
Menurut Wahyu, banjir Kota Malang terjadi karena saluran yang seharusnya menampung air justru tertutup penumpukan sampah.
“Air tidak bisa masuk ke dalam, padahal saluran sudah kami buat dan ada bak kontrol, tadi saya melihat, tetapi sedimen sampah yang ada di sana sangat tinggi,” ujarnya.
Wahyu menjelaskan salah satu titik sumbatan terjadi di saluran air Jalan Letjen Sutoyo. Penemuan itu didapat setelah pihaknya turun langsung ke sejumlah lokasi banjir untuk memastikan penyebab utama meluapnya air.
Kondisi tersebut memperkuat fakta bahwa banjir Kota Malang tidak hanya terjadi akibat curah hujan tinggi, melainkan juga karena buruknya kondisi saluran yang tertutup sampah.
Selain faktor sedimentasi, banjir juga diperparah oleh kapasitas bozem Tunggulwulung yang tak lagi mampu menampung tingginya debit air.
“Jadi kalau bozem ini amber (meluap) ya kami pasti bisa memprediksi Malang akan banjir,” jelasnya.
Pemkot Malang telah menyiapkan langkah pengerukan sedimen untuk membuka kembali saluran air yang tersumbat.
Wahyu menerangkan bahwa saat ini proyek proyek drainase Malang di kawasan Jalan Soekarno-Hatta sedang berjalan, membentang dari utara ke selatan, disertai penyudetan ke Jalan Kedawung dan Jalan Letjen Sutoyo—dua dari 39 wilayah yang terdampak banjir.
Ia menambahkan bahwa mulai tahun depan juga dimulai proyek sudetan dari Klojen ke Metro sebagai bagian dari solusi jangka panjang mengatasi banjir Kota Malang. Wahyu optimistis persoalan banjir dapat tertangani sepenuhnya pada 2026.
Meski demikian, ia menegaskan penanganan banjir tidak hanya bergantung pada pemerintah. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan menjadi kunci penting dalam mencegah sedimentasi. (Antara)
Berita Terkait
-
Ketika Bencana Menjadi Keseharian: Ironi Nyata dari Ujung Pesisir
-
Lumajang Tetapkan Status Darurat Bencana Usai Erupsi Gunung Semeru
-
Tebing Longsor Menimpa Rumah dan Kendaraan di Ponorogo
-
Berkaca dari Erupsi Semeru, Ini Tindakan yang Wajib Dilakukan saat Gunung Api Meletus
-
Jejak Erupsi Gunung Semeru Sejak 1818, Letusan Terbaru Tahan 178 Pendaki di Ranu Kumbolo
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Banjir Malang Dipicu Endapan Sampah hingga Bozem Meluap, Ini Penjelasan Wali Kota
-
Bea Cukai Malang Musnahkan 3,2 Juta Rokok Ilegal, Kerugian Capai Rp 2,39 Miliar
-
Operasi Zebra Semeru 2025 di Malang Catat 103 Ribu Pelanggaran, ETLE Makin Diperketat!
-
Lonjakan Kasus HIV di Kota Malang, Ini Cara Dinkes Percepat Penanganan!
-
Cara Cek Bansos November 2025 Lewat HP, Semua Lewat Aplikasi Cek Bansos!