"Makanya, menjadi wajar mereka akan menyisakan yang kuat saja. Apalagi ada hasil persepsi masyarakat melalui survei," tuturnya.
Alumnus FISIP Unej ini juga menyinggung istilah "tes ombak" yang digunakan untuk fenomena kemunculan tokoh-tokoh baru ini.
"Tes ombak itu, iya ada. Kan istilah saja untuk melihat respons publik. Tes ombak itu bisa ikut pileg dulu. Cek respons masyarakat atau dilakukan survei opini publik," jelasnya.
Menurut Muhlisin, motif tes ombak pun berbeda-beda tergantung pada usaha masing-masing tokoh dalam melakukan gerakan politik mereka.
"Bergantung pada usaha masing-masing melakukan gerakan. Motifnya juga bisa berbeda. Karena mau serius atau tidak, mereka tetap mengeluarkan biaya," ungkapnya.
Tes ombak ini bisa jadi merupakan salah satu usaha para tokoh untuk memupuk basis politik mereka untuk masa mendatang. Namun, bagi mereka, tantangan untuk maju pilbup tetap ada.
"Proses-proses seorang calon itu tantangannya. Selain melihat respons masyarakat, seorang calon harus bersaing mendapatkan rekomendasi partai," pungkasnya.
Kontributor : Elizabeth Yati