Kentongan Dipasang Sebagai Warning Banjir Warga di DAS Brantas Malang

Banjir di Kota Malang beberapa waktu lalu menyisakan Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah kota setempat. Sebab masih banyak warga yang tinggal di DAS Brantas.

Muhammad Taufiq
Selasa, 09 November 2021 | 20:33 WIB
Kentongan Dipasang Sebagai Warning Banjir Warga di DAS Brantas Malang
Warga di DAS Brantas Kota Malang [Suara.com/Bob Bimantara Leander]

SuaraMalang.id - Banjir di Kota Malang beberapa waktu lalu menyisakan Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah kota setempat. Sebab masih banyak warga yang tinggal di Daerah Aliran Sungai Brantas (DAS Brantas).

Di sisi lain, aliran sungai berpotensi meluap kapan saja di musim penghujan seperti sekarang ini. Ini menjadi sinyal bahaya bagi warga Kota Malang.

Oleh sebab itu, Wali Kota Sutiaji mengatakan untuk saat ini hal yang bisa dilakukan hanyalah memberi edukasi dan sarana peringatan bagi warga yang tinggal di DAS Brantas untuk bisa tetap waspada.

Salah satu caranya, yakni membuat kentongan di setiap wilayah DAS Brantas untuk memberi tanda kewaspadaan dan sebagai peringatan jika suatu saat air meluap akibat hujan deras.

Baca Juga:Polisi Bantu Urus Dokumen Kendaraan Warga Korban Banjir Malang yang Hanyut, Ini Caranya..

"Ya kita edukasi, karena pemindahan gak mungkin. Jadi sementara darurat ya pakai kentongan itu," ujar Sutiaji, seperti dikutip dari timesindonesia.co.id, jejaring media suara.com, Selasa (9/11/2021).

Sebenarnya, Pemkot Malang melalui BPBD Kota Malang telah memiliki sistem Early Warning System (EWS). Akan tetapi, diakui Sutiaji, penempatan EWS tersebut berada di titik-titik banjir Kota Malang yang sering terjadi.

Ia pun belum berfikir jika seharusnya EWS tersebut juga ditempatkan di kawasan permukiman DAS Brantas.

"Artinya (EWS) dipasang di Sukun dan kampung-kampung lain (yang sering terjadi banjir). Waktu itu memang gak berfikir ke arah sini (kawasan permukiman di DAS Brantas)," ungkapnya.

Perlu diketahui, kejadian bencana banjir besar yang melanda di kawasan permukiman DAS Brantas ini sebelumnya pernah terjadi di tahun 2004.

Baca Juga:Rekomendasi Kafe di Malang, Tawarkan Suasana Unik dan Tak Terlupakan

Namun, saat ini diakui banyak pihak memang menjadi bencana terbesar, khususnya di Kota Malang hingga berdampak ke ratusan KK di Kota Malang. Khususnya di kawasan DAS Brantas seperti di Kampung Putih, Rampal Celaket, Kota Malang.

"Sebentar lagi ya harus ada penanaman secara masal. Penggundulan-penggundulan sejak di era 1989 kan ada. Banyak setelah itu terjadi banjir," katanya.

Saat ditanya soal bahaya permukiman di DAS Brantas, Sutiaji membeberkan bahwa pihaknya saat ini tengah mencari solusi yang tepat.

Terlebih, inisiasi Rusunawa di Kota Malang seperti di Rusunawa Buring Kota Malang, diakuinya hingga saat ini banyak yang tak terpakai.

Sebabnya, warga yang sudah terbiasa tinggal dipermukiman DAS Brantas atau di sempadan sungai, memilih untuk tetap tinggal dan tidak mau berpindah. "Kita punya rusun, tapi kadang-kadang ya gak terpakai," imbuhnya.

Ia mengartikan bahwa bencana alam banjir yang berada di Kota Batu hingga berdampak ke Kota Malang ini, menjadi tanda agar masyarakat yang tinggal di sempadan sungai bisa sadar betapa bahayanya berada di lokasi tersebut.

"Ini saya kira semakin menyadarkan saudara-saudara kita yang berada di DAS Brantas bahwa ini bahaya. Namanya sungai besar itu, menurut para ahli, dari kisaran sekian tahun pasi ada banjir, salah satunya yang terjadi sekarang," tuturnya.

Oleh karena itu, ia pun kembali menginisiasi untuk membuat rusun yang nantinya tak jauh dari tempat tinggal masyarakat yang berada di sempadan sungai.

Akan tetapi, ranah tersebut pun memang dirasa masih cukup jauh dari realisasi. Hal itu dikarenakan memang membutuhkan biaya yang cukup besar dan harus direncanakan dengan matang agar fungsi tersebut bisa maksimal.

"Belum bicara ke arah sana (relokasi). Sudah ada rencana, tapi kita carikan relokasinya itu yang ada dan tidak jauh dari asalnya. Artinya ini akan membuat mereka semakin aman," bebernya.

Untuk perbaikan sementara, ia tak bisa berharap lebih. Sebab, untuk penggunaan APBD saat ini, hal itu dirasa tak mungkin. Oleh karena itu, pihaknya tengah mencari solusi-solusi lain guna meminimalisir dampak.

"Perbaikan masih kita lihat ya. Rumah-rumah rusak ya tadi kalau di sempadan sungai, pembicaraan di APBD gak bisa. Nanti kita carikan solusi ya," ucap Wali Kota Malang, Sutiaji.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini