Kisah Tukang Pijat Bocah, Nenek Naghi Usia 100 Tahun Bertahan di Situasi Pandemi

Nenek Naghi jelas sudah tidak muda lagi. Umurnya saja sudah seabad. Jalannya bungkuk, kulit pun keriput.

Muhammad Taufiq
Rabu, 20 Oktober 2021 | 11:33 WIB
Kisah Tukang Pijat Bocah, Nenek Naghi Usia 100 Tahun Bertahan di Situasi Pandemi
Nenek tukang pijat di Bondowoso [Foto: Suaraindonesia]

SuaraMalang.id - Nenek Naghi jelas sudah tidak muda lagi. Umurnya saja sudah seabad. Jalannya bungkuk, kulit pun keriput.

Namun di usianya yang genap 100 tahun itu, Naghi masih menggeluti profesinya sehari-hari sebagai tukang pijat anak kecil. Tangannya terlihat masih luwes mengurut punggung bocah-bocah itu.

Meskipun namanya Naghi, tapi orang lebih akrab memanggilnya Mbah Haji Hamid. Ini setelah Ia pulang menjalankan ibadah haji.

Mbah Haji Hamid ini merupakan salah satu perempuan tua yang mampu bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga:Polisi Telusuri Dugaan Aktor Penyuruh di Balik Konten Hoaks YouTube Aktual TV

Lahir pada Tahun 1921, Ia berprofesi sebagai tukang pijat anak kecil di kampungnya, Dusun Wonosroyo Timur Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso Jawa Timur.

Kurang lebih sudah 70 tahun Nenek Naghi alias Mbah Haji Hamid menjadi tukang pijit. Sekarang ini Ia tinggal di rumah bersama putrinya bernama Muana.

"Saya menjalani profesi sebagai tukang pijat sudah hampir 70 tahun, sejak masih ada pemerintahan Jepang," katanya, seperti dikutip dari Suaraindonesia.co.id, jejaring media SuaraMalang.id, Senin (18/10/2021).

Ketika masih kuat dan muda dulu, sebenarnya Ia memijat tanpa memandang usia. Namun seiring berjalannya waktu karena faktor bertambahnya usia dan tenaganya mulai menurun, sekarang hanya sanggup memijat anak kecil dan balita saja.

"Saya berpengalaman dari berbagai macam jenis pijat, baik penyegaran, relaksasi atau penghilang capek-capek, penyembuhan keseleo, gangguan perut, memijat wanita hamil dan lainnya," ujarnya.

Baca Juga:Penangkapan Direktur TV Swasta di Bondowoso Dugaan Hoaks, IJTI: Bukan Produk Jurnalistik

Saat awal pandemi Covid-19, Mbah Hamid mengaku pelanggannya sempat berkurang.

"Orang-orang kemarin masih takut dengan Covid-19. Sejak November 2020 sudah lumayan, pasien yang sering pijat mulai berdatangan lagi. Kemarin saat awal-awal Tahun 2020 seminggu kadang hanya dapat tiga orang," ujar Emba Haji Hamid.

Dalam melayani pasiennya, ibu 4 orang anak itu tak mematok tarif pada pasiennya. Namun rata-rata setiap pasiennya memberi upah Rp 10.000, kadang Rp 15.000 per orang.

Setiap harinya ia bisa memijat 9 sampai 15 orang anak kecil, terkadang bisa lebih. Pendapatannya dalam sehari bisa Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu, kadang pula bisa lebih.

Sudah banyak pasien anak kecil sembuh. Mbah Hamid bercerita, yang menjadi pasien pijatnya tidak hanya orang dari dalam kota atau Kabupaten Bondowoso saja. Namun juga ada dari luar kota, seperti dari Situbondo dan Jember.

Dari hasil memijitnya itu, Ia bahkan sampai bisa berangkat haji pada tahun 1960-an lalu. Ia juga bisa menabung dan membangun musala kecil di sebelah rumahnya.

Mbah Naghi atau Haji Hamid memulai aktivitasnya memijat sejak pagi, dari Jam 06.00 WIB sampai sore Jam 17.00 WIB. Hanya saja jam jam tertentu istirahat makan dan shalat. Seperti Jam 12.00 WIB dan Jam 15.00 WIB.

Setiap hari di rumahnya tidak pernah sepi dari orang yang datang untuk memijat anaknya. Hanya saja pada hari Selasa libur tidak mijat.

Mbah Hamid punya keyakinan, jika pada hari tersebut memijat maka bukan kesembuhan yang dirasakan pasiennya, namun justru tambah parah sakit yang diderita pasiennya.

"Kalau hari selasa saya memijat pasienku justru tidak sembuh, bahkan bisa lebih parah," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini