SuaraMalang.id - Elektabilitas PDIP merosot berdasar hasil survei Center for Political Communication Studies (CPCS). Sedangkan seterunya, Partai Demokrat justru naik.
Survei CPCS ini dilakukan pada tanggal 5—15 Maret 2021 dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Survei dilakukan melalui sambungan telepon terhadap responden yang dipilih secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Sedanngkan margin of error survei sebesar ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta SK mengatakan, selain Demokrat, ada dua partai lain yang merangsek naik elektabilitasnya berdasar hasil survei empat bulan terakhir ini.
Baca Juga:DPC Partai Demokrat Solo Mendadak Datangi Mapolresta, Ada Apa?
"Elektabilitas PDIP jeblok, sebaliknya Demokrat yang melesat, begitu pula dengan PKS dan PSI elektabilitasnya bergerak naik dalam 4 bulan terakhir," katanya, dikutip dari ANTARA, Senin (22/3/2021).
Ia melanjutkan, hasil survei pada tanggal 5—15 Maret 2021 menunjukkan elektabilitas partai berlogo banteng moncong putih itu mencapai 23,9 persen.
"Elektabilitas PDIP menurun dibandingkan survei sebelumnya yang mencapai 30,4 persen pada bulan November 2020," sambungnya.
Sedangkan elektabilitas Demokrat naik mencapai 7,3 persen, dibandingkan survei sebelumnya yang mencapai 3,5 persen.
Kenaikan elektabilitas Demokrat beriringan dengan naiknya elektabilitas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai ketua umum partai. Semula tercatat 1,9 persen (November 2020), kini mencapai 6,3 persen.
Baca Juga:Pakar Sebut Kemenkumham Bakal Sahkan Demokrat Kubu Moeldoko, Ini Alasannya
Okta menambahkan, bahwa naiknya elektabilitas partai berlogo mercy itu dipicu drama kudeta melalui KLB Deli Serdang.
"Partai Demokrat yang notabene partai oposisi menjadi incaran untuk dijinakkan dan ditarik masuk ke dalam koalisi pemerintahan yang sudah sangat gemuk," kata Okta.
Ia melanjutkan, drama KLB hingga terpilihnya Moeldoko sebagai ketua umum justru mengundang simpati masyarakat.
"Figur AHY yang terzalimi mengingatkan saat ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) naik ke panggung kekuasaan pada tahun 2004," kata Okta.
Meski PDIP mengalami penurunan, elektabilitas partai besutan Megawati Soekarno Putri itu tetap memuncaki klasemen politik.
"Dengan elektabilitas yang masih tinggi, PDIP berpeluang menang lagi pada Pemilu 2024. Namun, Demokrat bisa menjadi tantangan bagi PDIP," katanya.
Survei CPCS juga mencatat elektabilitas PDIP selama setahun selalu menurun. Pada survei Maret 2020 misalnya, elektabilitas PDIP mencapai 31,7 persen atau turun menjadi 29,2 persen (Juli 2020). Kemudian 30,4 persen (November 2020), sekarang turun lagi menjadi 23,9 persen.
Demokrat dari 4,6 persen (Maret 2020) turun menjadi 3,8 persen (Juli 2020) dan 3,5 persen (November 2020). Namun kini melejit menjadi 7,3 persen.
Selain Demokrat, CPCS mencatat PKS, PSI, dan Partai Ummat yang dipimpin oleh Amien Rais juga mengalami kenaikan.
PKS dari 6,7 persen (Maret 2020) turun menjadi 5,7 persen (Juli 2020) dan 5,5 persen (November 2020), naik lagi menjadi 6,4 persen.
PSI dari 2,8 persen (Maret 2020) naik menjadi 4,1 persen (Juli 2020) dan 4,3 persen (November 2020), terus naik menjadi 4,5 persen. Ummat memulai debut dengan 0,1 persen (November 2020) kini mencapai 1,5 persen, melampaui PAN (1,1 persen).
Sementara itu posisi runer-up, elektabilitas Partai Gerindra juga terus menurun. Dari 14,5 persen (Maret 2020) turun menjadi 13,7 persen (Juli), 13,2 persen (November), kemudian kembali turun menjadi 12,7 persen (Maret 2021).
Begitu pula partai lainnya, seperti Golkar (8,9 persen/8,3 persen/8,1 persen/8,0 persen). Di papan tengah PKB (5,9 persen/5,8 persen/5,6 persen/5,3 persen), NasDem (2,9 persen/3,9 persen/3,7 persen/3,5 persen), PPP (3,1 persen/2,8 persen/2,6 persen/2,4 persen), dan PAN (1,6 persen/1,4 persen/1,2 persen/1,1 persen).
Pada papan bawah Hanura (0,9 persen/0,8 persen/0,7 persen/0,6 persen), Perindo (0,7 persen/0,6 persen/0,5 persen/0,4 persen), Gelora (0 persen/0 persen/0,2 persen/0,3 persen), dan Berkarya (0,6 persen/0,5 persen/0,4 persen/0,2 persen). PBB, PKPI, Garuda, dan Masyumi tidak mendapat dukungan, dan sisanya tidak tahu/tidak jawab 21,9 persen.