Scroll untuk membaca artikel
Bernadette Sariyem
Jum'at, 10 Januari 2025 | 14:37 WIB
Ilustrasi sapi - apa itu kasus PMK sapi, penyakit menular menyerang hewan ternak. (Pexels/Min An)

SuaraMalang.id - Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Malang menunjukkan peningkatan signifikan pada awal Januari 2025.

Dalam kurun waktu lebih dari sepekan, 17 kasus telah tercatat oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang. Angka ini telah mencapai separuh dari total 31 kasus PMK sepanjang 2024.

Peningkatan kasus ini memicu kekhawatiran di kalangan peternak sapi, termasuk di wilayah Sanan Gang 17, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing.

Salah satu peternak, Suwadji, mengungkapkan bahwa banyak rekan peternaknya yang mulai mendapati sapi mereka menunjukkan gejala PMK.

Baca Juga: Tragedi Bus Maut Batu Picu Malang Perketat Izin Study Tour Sekolah

Meski khawatir, Suwadji merasa gejala PMK yang muncul saat ini lebih cepat terdeteksi dibandingkan dengan wabah tahun 2022.

“Kalau 2022 itu begitu kena, sakitnya dari hidung, mulut, langsung ke kuku kaki. Kalau sekarang pelan-pelan, gejalanya juga langsung terdeteksi, jadi bisa segera diobati dulu,” ujar Suwadji, Kamis (9/1/2025).

Suwadji yang mengelola 10 ekor sapi – enam ekor miliknya sendiri dan empat ekor milik tetangga serta mertuanya – bersyukur bahwa semua sapi di kandangnya masih sehat.

Dispangtan Kota Malang telah memberikan vaksinasi dan vitamin untuk ternaknya. Ia juga memastikan memanggil dokter hewan jika ada tanda-tanda gejala seperti keluarnya lendir dari hidung sapi.

Dalam situasi saat ini, Suwadji mengaku belum berani membeli sapi baru ataupun menjual sapi yang dimilikinya. Pasar Singosari, yang biasa menjadi tempat pemasaran ternaknya, dilaporkan telah ditemukan kasus PMK.

Baca Juga: Waspada! 118 Sapi di Malang Terpapar PMK, Begini Cara Pencegahannya

“Dari dinas juga mengimbau agar jangan beli baru dulu. Saya belum pernah menjual lagi sekarang ini. Biasanya harga sapi yang sehat itu Rp 14 juta, kalau ada gejala PMK bisa turun drastis sampai Rp 3-4 juta,” jelasnya.

Suwadji berharap pemerintah semakin gencar melakukan vaksinasi dan pengobatan untuk mencegah penyebaran PMK di Kota Malang.

Ia mengingatkan pengalaman tahun 2022, ketika penyebaran PMK begitu cepat hingga merugikan banyak peternak.

“Kalau dulu benar-benar cepat penyebarannya. Kadang kami kalau sudah gak telaten, baru ada gejalanya langsung dijual saja daripada mati. Tapi harganya turun drastis,” katanya.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang terus memantau situasi dan meningkatkan vaksinasi serta edukasi kepada peternak.

Upaya ini diharapkan dapat mencegah terulangnya pandemi PMK seperti pada tahun 2022 dan menjaga stabilitas ekonomi para peternak sapi di Kota Malang.

Kontributor : Elizabeth Yati

Load More