Scroll untuk membaca artikel
Bernadette Sariyem
Selasa, 17 September 2024 | 17:18 WIB
Ilustrasi Kendaraan Damkar. [Suara.com/Iqbal]

SuaraMalang.id - Penanganan kebakaran di gedung bertingkat masih menjadi tantangan besar bagi Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Malang, terutama dalam insiden kebakaran di Malang Plaza dan Pasar Baru Barat Comboran.

Kendala utama adalah ketidaktersediaan armada bronto skylift, sebuah alat penting yang digunakan untuk memadamkan api dan evakuasi di gedung tinggi.

Kepala Operasional UPT Damkar Kota Malang, Anang Yuwono, menjelaskan bahwa kebakaran di lantai atas Pasar Baru Barat Comboran menjadi sulit ditangani karena tidak adanya bronto skylift.

“Kalau ada bronto skylift, kami bisa langsung menargetkan pusat kebakaran di lantai atas, sehingga pemadaman bisa lebih cepat,” ujarnya, Selasa (17/9/2024).

Baca Juga: Bawaslu Kota Malang: Pilkada Serentak 2024 Berpotensi Lebih Rawan Dibandingkan Pileg

Saat ini, Kota Malang belum memiliki armada tersebut, yang dapat menjangkau hingga ketinggian 104 meter atau sekitar gedung 25 lantai.

Kota Surabaya dan Batu sudah memiliki alat ini, namun biayanya cukup mahal, sekitar Rp 29 miliar per unit.

Dampak dari Ketidaktersediaan Bronto Skylift

Karena harus melakukan penyusuran mulai dari lantai paling bawah, proses pemadaman api di Pasar Baru Barat Comboran memakan waktu hingga 3,5 jam.

Padahal, tim damkar sudah tiba di lokasi hanya tiga menit setelah menerima laporan kebakaran pada pukul 18.03 WIB.

Baca Juga: Kebakaran Lahan di Jalan Ikan Kakap, Diduga Akibat Sampah

"Jika kami memiliki bronto skylift, pemadaman mungkin hanya memakan waktu maksimal dua jam," tambah Anang.

Load More