Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Rabu, 29 Juni 2022 | 15:15 WIB
ilustrasi pertanian.(pixabay)

SuaraMalang.id - Pertengahan tahun ini para petani di Kabupaten Jember Jawa Timur ( Jatim ) bakal memasuki musim panen.

Namun, ternyata mereka tidak yakin kalau hasil panen mereka bakal maksimal. Bahkan mereka memprediksi musim panen tengah tahun ini bakal gagal.

Menurut Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember, Jumantoro, ada beberapa faktor yang bakal membuat para petani gagal panen.

Mulai dari kondisi cuaca ekstrem, organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan persoalan pupuk subsidi yang belum mendapatkan solusi tepat hingga saat ini.

Baca Juga: Tantri Kotak Bawakan Lagu Pelan-pelan Saja Versi Madura Tuai Pujian Warganet: Laon-laon Beih

"Akibat Cuaca Ekstrem musim ini diperkirakan terjadi penurunan produksi padi 30-50 persen. Bahkan banyak petani diprediksi gagal panen," katanya dikutip dari suarajatimpost.com jejaring media suara.com, Rabu (29/06/2022).

Penyebab terjadinya gagal panen, lanjut Jumantara, dipengaruhi beberapa faktor.

"Mulai dari cuaca ekstrem, akibat OPT, juga dampak kebijakan pemerintah mengurangi jumlah pasokan pupuk subsidi," sebutnya.

Kata Jumantoro, untuk faktor penyebab gagalnya panen soal distribusi pupuk subsidi.

"Hingga saat ini, alur distribusi pupuk subsidi nya ruwet. Apalagi hal ini diperparah, dengan banyaknya gempuran pupuk Abal Abal yg meniru Pupuk non subsidi," ujar pria yang juga seorang petani asal Kecamatan Jelbuk ini.

Baca Juga: Menikmati Keindahan Panorama Alam di Gumuk Sepikul Jember

Dengan kondisi pertanian yang menurutnya memprihatinkan itu. Kembali Jumantara mengungkapkan alasan beberapa waktu lalu menggelar aksi unjuk rasa di depan Pendapa Wahyawibawagraha.

"Untuk persoalan inilah, kami kemarin menggelar aksi unjuk rasa itu. Kita mendesak 5 poin tuntutan untuk presiden, yang kami titipkan kepada Bupati dan Wakil Bupati Jember," tegasnya.

Namun pasca aksi unjuk rasa yang digelar itu, Jumantara mengaku masih menunggu respon dari pemerintah pusat.

"Kami akan tunggu jawaban presiden ataupun pimpinan tertinggi di pemerintah pusat. Sampai kapan persoalan pertanian ini selesai," tegasnya.

Jika belum ada jawaban, Jumantara pun mengancam akan melakukan unjuk rasa lebih besar lagi.

"Contoh kembali ke persoalan pupuk, dikala pupuk subsidi dibatasi. Maka kita didesak memakai pupuk non subsidi," katanya.

Namun yang terjadi, imbuh dia, pupuk non subsidi mahal dan membuat petani ini bingung.

"Kami berharap solusi cepat dari yang punya kebijakan. Belum lagi kalau bicara soal pupuk, saat ini kita juga digempur adanya pupuk abal-abal atau palsu, yang semakin merugikan pertanian dengan hasilnya tidak sesuai harapan," katanya.

Load More