Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Kamis, 30 Desember 2021 | 15:05 WIB
Warga mengantre untuk melakukan tes COVID-19 di Times Square saat varian virus korona Omicron terus menyebar di Manhattan, New York, Amerika Serikat, Minggu (26/12/2021). ANTARA FOT REUTERS/Andrew Kelly/WSJ/cfo (REUTERS/ANDREW KELLY)

Di Australia, tercatat 18.300 kasus baru, melampaui infeksi tertinggi pada Selasa sekitar 11.300 kasus.

Pemerintah sejumlah negara semakin khawatir dengan dampak ekonomi dari sejumlah besar orang yang terpaksa melakukan isolasi mandiri karena pernah melakukan kontak dengan penderita virus corona.

"Kami tidak bisa mengenyahkan orang-orang dari publik karena mereka kebetulan berada di tempat tertentu pada waktu tertentu," kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison kepada wartawan.

Morrison ingin membuat perubahan mendesak pada aturan pengujian COVID-19 untuk mengurangi tekanan pada lokasi-lokasi pengujian.

Baca Juga: Pasien Omicron di RSPI Sulianto Saroso Dipisahkan Dari Pasien Covid-19 Lain, Kenapa?

Dia mengatakan Australia perlu "melakukan sesuatu yang berbeda" untuk mengelola laboratorium yang terbebani dan membebaskan orang-orang dari isolasi.

Sementara Spanyol dan Italia bergerak untuk melonggarkan beberapa aturan isolasi, China tetap pada kebijakan tegasnya dengan mengisolasi 13 juta orang di Xian, di bawah penguncian ketat selama tujuh hari ketika 151 kasus baru dilaporkan pada Selasa.

Sejauh ini, tidak ada kasus di ibu kota Provinsi Shaanxi tengah itu yang terkait Omicron.

"Saya hanya ingin pulang," kata seorang mekanik berusia 32 tahun yang berada di Xian untuk urusan bisnis minggu lalu, ketika kota itu secara efektif ditutup dari dunia luar. ANTARA

Baca Juga: Apakah Gejala Omicron Berbeda dengan Delta? Begini Kata Dokter

Load More