Tradisi Turun-Temurun, Pesantren di Jember Sembelih Kurban Lebih Awal

Setiap tahun, santri-santri kami aktif terlibat dalam proses pemotongan hewan kurban, tambahnya.

Bernadette Sariyem
Senin, 17 Juni 2024 | 14:34 WIB
Tradisi Turun-Temurun, Pesantren di Jember Sembelih Kurban Lebih Awal
ILUSTRASI - Pedagang merawat sapi kurban di kawasan Karet Tengsin, Jakarta, Kamis (30/5/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraMalang.id - Di tengah perbedaan waktu perayaan Idul Adha yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, umat Muslim di Desa Suger Kidul, Kecamatan Jelbuk, Jember, memiliki cara unik dalam melangsungkan hari raya kurban.

Sebagian besar umat Muslim di Indonesia merayakan Idul Adha hari ini, namun warga Desa Suger Kidul bersama jemaah haji asal Jember dan warga Arab Saudi telah melaksanakannya kemarin, 15 Juni.

Salat Id dan penyembelihan hewan kurban dilangsungkan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafii’yah, Desa Suger Kidul, di mana suasana khusyuk dan semangat beribadah terasa kental.

Para santri yang mondok di pesantren ini turut serta dalam kegiatan tersebut, mulai dari pelaksanaan salat berjamaah hingga proses penyembelihan hewan kurban.

Baca Juga:Gagal Lolos Razia, 2 Kakak Beradik Kepergok Bawa Sabu

Ustad ilmu fikih di Ponpes Salafiyah Syafiiyah, Irfan Maulana, mengungkapkan bahwa peringatan hari besar Islam di pesantren sering kali berbeda.

“Banyak warga kami yang merupakan bagian dari Nahdlatul Ulama (NU), namun kadang pelaksanaannya juga mengikuti pemerintah. Ini sudah menjadi tradisi turun-temurun,” jelas Irfan, Senin (17/6/2024).

Menurut Irfan, biasanya pesantren menyembelih empat ekor sapi, namun tahun ini jumlahnya berkurang karena beberapa alasan.

Santri-santri di pesantren turut membantu dalam proses pemotongan hewan kurban.

“Setiap tahun, santri-santri kami aktif terlibat dalam proses pemotongan hewan kurban,” tambahnya.

Baca Juga:Terdakwa Ekshibisionisme di Jember Tuntut Rehabilitasi, Bukan Penjara

Setelah proses penyembelihan, daging kurban dibagikan kepada warga sekitar.

“Bila masih ada daging yang tersisa, kami suruh santri untuk mengantarkan langsung kepada warga yang belum kebagian,” kata Irfan.

Para santri juga mendapatkan bagian dari daging tersebut, yang biasanya mereka olah menjadi sate di beberapa sudut pondok pesantren.

Perbedaan dalam perayaan Idul Adha ini menunjukkan keberagaman cara beribadah yang ada di Indonesia, khususnya di Jember.

Meski berbeda, semangat dan khusyuk dalam menjalankan ibadah tetap menjadi hal yang utama.

"Perbedaan itu biasa, yang terpenting ibadahnya,” tutup Irfan.

Kontributor : Elizabeth Yati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini