Kenaikan Harga Beras, Profesor Unair: Itu Simbol Dinamika Sosial yang Kompleks

"Beras juga menjadi simbol hubungan sosial, yang terlihat dalam berbagai tradisi dan ungkapan yang mengacu pada beras sebagai sumber kehidupan,"

Chandra Iswinarno
Minggu, 17 Maret 2024 | 21:36 WIB
Kenaikan Harga Beras, Profesor Unair: Itu Simbol Dinamika Sosial yang Kompleks
Ilustrasi beras. [Ist]

SuaraMalang.id - Fenomena kenaikan harga beras yang terjadi belakangan ini tidak hanya meresahkan masyarakat dari sisi ekonomi, tetapi juga mengundang diskusi mendalam mengenai implikasi sosiologi dan budaya.

Sebagai komoditas pangan utama yang menduduki posisi sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia, beras membawa makna simbolis dan nilai budaya yang mendalam.

Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati, Pakar Paleoantropologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair), menyoroti bahwa fenomena kenaikan harga beras mencerminkan dinamika sosial yang kompleks.

"Ketergantungan masyarakat pada beras bukan hanya sebagai sumber karbohidrat utama, tetapi juga sebagai indikator status sosial. Konsumsi dan pengelolaan beras mencerminkan kelas sosial dalam masyarakat," ujarnya, dikutip hari Minggu (17/3/2024).

Baca Juga:Polres Malang Gerebek Gudang Repacking Beras Bulog Jadi Beras Premium

Prof Koesbardiati menjelaskan bahwa asal-usul penyebaran bahan pokok di Indonesia sangat dipengaruhi oleh budaya Austronesia yang membawa pengetahuan tentang kultivasi padi dari Asia Timur ke Nusantara.

Selain padi, masyarakat Indonesia juga mengenal sumber karbohidrat non-beras seperti sagu dan umbi-umbian, namun beras tetap mendominasi konsumsi masyarakat.

Urgensi dan kedudukan beras dalam sejarah Indonesia mencerminkan usaha menuju swasembada beras yang menjadi fokus pembangunan jangka panjang negara.

"Beras juga menjadi simbol hubungan sosial, yang terlihat dalam berbagai tradisi dan ungkapan yang mengacu pada beras sebagai sumber kehidupan," tambah Prof Koesbardiati.

Menghadapi kenaikan harga beras dan tantangan swasembada, muncul inisiatif yang mengusulkan kembali konsep paleo diet sebagai alternatif konsumsi makanan.

Baca Juga:Polres Malang Gerebek Gudang Penjualan Beras Premium Palsu di Tumpang

Konsep ini mengadaptasi pola makan manusia prasejarah dengan mengandalkan bahan minim lemak dan proses memasak sederhana, melalui penggunaan biji-bijian dan umbi-umbian.

Kesadaran akan pentingnya diversifikasi konsumsi pangan di tengah ketergantungan pada beras menjadi kunci dalam menghadapi kenaikan harga beras dan menjaga ketahanan pangan nasional.

"Perlu adanya upaya bersama untuk meningkatkan apresiasi terhadap bahan pokok alternatif dan mengurangi ketergantungan pada beras," tutup Prof Koesbardiati.

Kontributor : Elizabeth Yati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini