Warung Sate Gebug di Malang, Kuliner Legendaris Sejak 1920 dengan Cita Rasa Unik

Satenya yang berukuran lebih besar dari sate umumnya, serta teknik pembuatan yang unik, menjadikan sate di warung ini terkenal empuk dan lezat.

Chandra Iswinarno
Rabu, 17 Januari 2024 | 17:03 WIB
Warung Sate Gebug di Malang, Kuliner Legendaris Sejak 1920 dengan Cita Rasa Unik
Warung Sate Gebug [Foto: Instagram @amazingmalangeats]

SuaraMalang.id - Warung Sate Gebug, sebuah ikon kuliner di Kota Malang, telah berdiri sejak tahun 1920 dan terus beroperasi hingga saat ini, dikelola oleh generasi keempat keluarga pendiri.

Berlokasi di Jl. Jenderal Basuki Rahmat 113A, Klojen, Kota Malang, warung ini telah menjadi destinasi wisata kuliner yang tak lekang oleh waktu.

Dikutip dari laman Youtube Jimmy Flycation, Rabu (17/1/2024), Warung Sate Gebug 1920 menawarkan pengalaman kuliner yang berbeda.

Satenya yang berukuran lebih besar dari sate umumnya, serta teknik pembuatan yang unik, menjadikan sate di warung ini terkenal empuk dan lezat.

Baca Juga:5 Oleh-Oleh Khas Malang yang Wajib Dibawa Pulang

Daging sapi bagian lulur dalam, yang hanya tersedia 8 hingga 13 kilogram per ekor sapi, digunakan sebagai bahan utama.

Daging ini diolah dengan cara digebuk menggunakan ulekan, menghasilkan tekstur yang lembut.

Daging yang terbatas ini membuat stok sate di warung juga menjadi terbatas, dengan satu kilogram daging sapi hanya menghasilkan sekitar 8 tusuk sate.

Proses pembakaran sate memerlukan waktu sekitar 10 hingga 15 menit, menambah cita rasa yang khas. Warung ini biasanya ramai dikunjungi pada siang hari, terutama saat akhir pekan dan musim liburan, ketika warung biasanya tutup pada jam empat sore karena dagingnya sudah habis.

Untuk mendapatkan kesempatan mencicipi sate gebug ini, disarankan bagi pengunjung untuk datang sebelum jam 12 siang, terutama pada akhir pekan dan musim liburan.

Baca Juga:Kuliner Pedesan di Malang: Sensasi Rasa Pedas yang Menggugah Selera

Warung ini juga memiliki kebijakan unik terkait pelayanan pada hari libur dan akhir pekan, di mana pelanggan tidak diperbolehkan membungkus kecuali sudah memesan dua hari sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan bagi pelanggan dari luar kota menikmati sate gebug yang khas.

Kontributor : Elizabeth Yati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini