SuaraMalang.id - Tahun baru Islam atau satu Muharram memiliki makna sendiri bagi ummat Islam. Layaknya kalender Masehi yang berganti tahun setiap tanggal satu Januari, umat Islam pun memiliki kalender Hijriah yang berganti sabah satu Muharram.
Makanya satu Muharram juga disebut sebagai tahun barunya umat Islam. Dari sisi sejarah, sebenarnya kalender hijriyah ini baru digunakan secara massal pada zaman Khulafatur Rasyidin, tepatnya di masa kepemimpinan Umar bin Khatab.
Adapun bulan pertamanya ialah Muharram. Secara bahasa Muharram memiliki arti yang diutamakan dan dimuliakan. Hal ini tidak terlepas pula dari banyaknya peristiwa bersejarah yang terjadi dalam bulan tersebut.
Selain sebagai penanda Tahun Baru Islam, ada beberapa keutamaan-keutamaan lain yang terdapat di bulan Muharram, yakni sebagai berikut:
Baca Juga:Puasa Muharram 2022 Jadi Amalan Utama, Ini Niat dan Jadwal Lengkapnya
1. Bulan Kehormatan
Selain bulan Allah, Muharram juga merupakan bagian dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah terdiri atas 12 bulan, dalam ketentuan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketentuan) agama yang lurus," QS At-Taubah 36.
2. Tahun Baru Islam
Momen pergantian tahun ini menjadi salah satu bagian dari keutamaan bulan Muharram yang mengandung spirit kemenangan, perjuangan maupun optimisme untuk menyongsong hari yang lebih baik selama satu tahun ke depan.
Baca Juga:4 Keutamaan dan Kemuliaan Bulan Muharram, Setiap Nabi Punya Kisahnya Sendiri
4. Bulan yang Dimuliakan Umat Beragama
Tak hanya dimulikan oleh Allah SWT serta umat muslim, bulan Muharam juga diistimewakan oleh penganut-penganut agama lain.
Seperti umat Yahudi yang melakukan puasa di hari Asyura pada tanggal sepuluh Muharam, sebagaimana yang dilakukan Nabi Musa AS saat diselamatkannya Bani Israil dari musuh sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT. Dan dari sini pula lah awal mula disunahkannya puasa pada hari Asyura bagi umat muslim.
"Ketika Nabi tiba di Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura' Belia bertanya. 'Hari apa ini?' mereka menjawab, 'Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Nabi Musa pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.' Akhirnya Nabi bersabda, 'Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa dari pada kalian.' Kemudia Nabi SAW berpuasa dan memerintahkan oara sahabat untuk puasa," HR Bukhari.
4. Bulan Allah
Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Muharam merupakan bulan Allah dan berpuasa di bulan ini adalah sebaik-baiknya puasa setelah Ramadan.
"Sebaik-baiknya puasa setelah Ramada adalah puasa di bulan Allah (bulan Allah)," HR Muslim.
5. Bulan untuk puasa Tasu'a dan Asyura
Berpuasa di hari kesembilan atau Tasu'a bulan Muharam ialah perintah Rasulullah, hal tersebut dimaksudkan sebagai pembeda dengan umat Yahudi yang mengistimewakan hari Asyura' dengan berpuasa.
Namun, selama Rasulullah hidup ia tidak pernah melaksanakan puasa Tasu'a karena beliau meninggal sebelum hari tersebut.
"Dari Ibnu Abbas RA berkata: Pada saat Rasulullau SAW melaksanakan puasa Asyura dan memerintah para sahabat untuk melaksanakannya, mereka berkata, 'Wahai Rasulullah hari tersebut (Asyura) adalah hari yang diagung-agungkan kaum Yahudi dan Nasrani'. Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Insyaallah jika sampat tahun yang akan datang aku akan puasa pada hari kesembilannya'. Ibnu Abbas berkata: Rasulullah SAW meninggal sebelum datang hari tersebut," HR Muslim.
6. Bulan Anak Yatim
10 Muharam tahun Hijriah disebut juga sebagai Hari Raya Yatim, hal ini dikarenakan pada tanggal tersebut Rasulullah senang menyantuni anak yatim lebih dari hari-hari sebelumnya.
Dalam hadis juga disebutkan bahwa mengusap rambut anak yatim di tanggal tersebut akan mengangkat derajat orang-orang yang melakukannya sebanyak rambut yang diusapnya.
"Barang siapa puasa pada hari Asyura (tanggal 10) Muharam niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan 10.000 pahala syuhada. Dan barang siapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura niscaya Allah akan mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya," hadis ke 212 dari kitab Tanbih al-Ghafilin.