Makin Ganas, Sapi Mendadak Mati di Jember Padahal Sudah Dinyatakan Sembuh dari PMK

Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Jember Jawa Timur ( Jatim ) kian mengganas. Sejumlah sapi yang baru sembuh dinyatakan mati mendadak.

Muhammad Taufiq
Selasa, 12 Juli 2022 | 14:57 WIB
Makin Ganas, Sapi Mendadak Mati di Jember Padahal Sudah Dinyatakan Sembuh dari PMK
Ilustrasi sapi (unsplash.com/ @mrmrs)

SuaraMalang.id - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Jember Jawa Timur ( Jatim ) kian mengganas. Sejumlah sapi yang baru sembuh dinyatakan mati mendadak.

Belum diketahui pasti apa penyebabnya. Namun Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan setempat terus menyelidiki penyebab kematian sapi-sapi secara mendadak tersebut.

Seperti disampaikan Sekretaris Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Jember, Sugiarto. Ia mengatakan sapi yang dinyatakan mati mendadak itu kondisinya normal.

"Ada beberapa kasus di lapangan, ternak yang sudah dinyatakan sembuh secara medis, suhu tubuh normal, mau makan, tahu-tahu satu minggu kemudian mati mendadak. Kami masih mencari literatur dan kajian, apa penyebabnya," ujarnya, dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Selasa (12/7/2022).

Baca Juga:Malangnya Santri Asal Surabaya Ini, Tewas Tenggelam Saat Bersihkan Jeroan Hewan Kurban

“Apa karena badai sitokin seperti Covid, atau memang ada pembengkakan pada jantung. Salah satu ciri khas PMK ini adalah pembengkakan pada jantung,” kata Sugiarto menambahkan.

Ia melanjutkan, persoalan itu menjadi pekerjaan rumah bagi dinas. Dan gara-gara masalah tersebut dinas belum berani melaporkan tingkat kesembuhan tenak dari PMK sebelum ada pengecekan dari laboratorium.

Hingga Senin (11/7/2022) kemarin, setidaknya ada 10.823 ekor sapi di Jember yang terjangkit PMK. Sebanyak 63 ekor di antaranya mati dan empat ekor dipotong paksa. Hanya 100 ekor yang tercatat sembuh.

Saat ini, ternak sapi yang paling banyak terinfeksi ada di kawasan Jember barat dan selatan, seperti Kecamatan Puger dan Wuluhan.

"Tapi di Jember bagian utara, ada yang terkena tapi relatif sedikit dibandingkan populasi yang ada," kata Sugiarto menjelaskan.

Baca Juga:Pelaku Perampasan Motor di Jember Tewas Secara Tragis Setelah Digebuki Massa

Jember sebenarnya mendapat jatah 1.500 dosis vaksin impor yang diprioritaskan untuk sapi perah.

"Tapi alhamdulillah, kami dapat tambahan delapan ribu vaksin. Tapi masalahnya selain sarana prasarana dan dana operasional tidak ada, kami harus membuat ‘range’ untuk vaksinasi," ujarnya.

Menurut Sugiarto, ada beberapa kasus pasca vaksinasi. Menurut dia, sekitar 10 persen ternak yang divaksin menunjukkan gejala sakit.

"Ini harus kita waspadai. Jangan sampai kami yang dituduh: kemarin sehat, setelah disuntik malah sakit," katanya.

Sugiarto mengingatkan, masa inkubasi PMK 14 hari, artinya setelah ternak kena penyakit, maka 14 hari kemudian baru muncul gejala.

"Bisa jadi saat divaksin, ternak itu baru kena 10 hari atau 13 hari, sehingga gejalanya belum muncul," katanya.

Akhirnya, Dinas Peternakan memutuskan untuk memetakan sebaran PMK di Jember.

"Kami cari jarak yang terjauh. Kadang-kadang ini yang membuat masyarakat bertanya: lho punya saya kok tidak divaksin, padahal sapi tetangga kena. Padahal kami menjaga efek pasca vaksinasi," kata Sugiarto.

Dengan jumlah vaksin yang terbatas, akhirnya Dinas Peternakan lebih berfokus untuk melakukan vaksinasi di kawasan Jember utara.

"‘Range’ memang jauh dari yang sudah kena penyakit. Alhamdulillah, di Puskeswan Sukowono sudah melakukan vaksinasi, insya Allah delapan ribu vaksin sudah selesai diinjeksikan," kata Sugiarto.

Sugiarto mengatakan, satuan tugas yang menangani PMK sudah direstrukturisasi mengikuti petunjuk pemerintah pusat.

"Insya Allah pekan ini satgas baru akan melakukan rapat, dan segera membagi tugas, termasuk untuk pengajuan BTT," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini