SuaraMalang.id - Puluhan mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) melakukan unjuk rasa di depan kampusnya, Senin (21/3/2022) siang tadi.
Sejumlah mahasiswa yang mengenakan jas almamater berwarna coklat itu mempertanyakan kebijakan pihak rektorat yang memutuskan mencabut keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 20 persen pada Januari 2022 lalu.
"Kami menuntut yang pertama untuk rektor mencabut surat edaran yang dikeluarkan kemarin, bahwasannya pada surat edaran itu penghapusan UKT sebesar 10 sampai 20 persen," kata koordinator aksi, Abi Naga Parawansa, Senin (21/3/2022) ke Suara.com.
Abi menjelaskan, kebijakan rektor untuk mencabut keringanan itu karena hingga kini pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia. Kasus Covid-19 pun masih ada per harinya.
Baca Juga:Akhirnya Terkuak, Mayat Misterius Kakek-kakek di Pinggir Sungai Tegalsari Banyuwangi
Untuk itu, karena Covid-19 masih terjadi, dia pun menginginkan keringanan UKT itu untuk tidak dicabut.
"Tahun kemarin kan ada potongan UKT itu 20 persen ada suratnya kemarin. Peraturan ini berjalan sampai pandemi selesai. Lah ini pandemi belum selesai kok potongan UKT dicabut dan ini kami sudah ada kajian bahwa kasus Covid-19 itu masih ada," ujarnya.
Bahkan di Malang Raya, Abi melanjutkan, saat ini sedang berada di PPKM level 3. Hal ini pun mempengaruhi perekonomian masyarakat termasuk wali mahasiswa.
"Oleh karenanya PPKM itu berpengaruh dalam ekonomi masyarakat dan itu juga sangat berpengaruh ke orang tua mahasiswa Unikama," tutur dia.
Sebelum aksi, langkah-langkah diplomasi sudah dijalankan. Para perwakilan mahasiswa sudah menemui pihak rektor untuk mediasi kebijakan ini pada Februari 2022 lalu.
Namun hasilnya, kata Abi, tidak memuaskan. Pihak rektorat dinilainya tidak memberikan solusi.
"Contohnya kami tanta 'Kalau seandainya mahasiswa tidak mampu bagaimana untuk membayar UKT?' Jawabannya ya silahkan ambil dispensasi. Kalau tifak bisa mengambil dispensasi ya silahkan cuti. Itu kan membuat mahasiswa panas. Solusinya gak ada. Malah mahasiswa jadi ketinggalan materi kalau cuti," kata dia.
Mahasiswa pun saat ini, kata Abi, sedang sakit hati atas jawaban rektorat seperti itu.
"Untuk itu kami sedang menunggu bertemu langsung dengan rektor sampai tuntutan kami terkabulkan dan dengar," tutur dia.
Terpisah, Direktur Kemahasiswaan dan Alumni Unikama, Sudidul Aji menjelaskan, aksi hari ini karena tidak puas dengan hadil audiensi dengan pihak rektorat minggu lalu secara daring.
"Nah sudah kami saya sampaikan ke mahasiswa sudah ketemu saya sebenarnya, saya sarankan audiensi secara luring karena daring kemarin kan tidak efektif. Audiensi luring saja supaya tawaran-tawaran bisa didiskusikan tetapi rupanya ada demo aksi hari ini," tutur dia.
Dia pun menjelaskan, demo tersebut adalah hal yang percuma. Karena Rektor Unikama saat ini sedang tidak berada di kampus.
Aji sebenarnya sudah menyarankan agar mahasiswa untuk audiensi setelah rektor berada di kampus.
"Ini kan ya percuma gak ada rektor juga sekarang pimpinan sedang berada di luar. Saya pun hanya bisa menyampaikan aspirasi ini saja ke pimpinan nantinya," tutur dia.
Semenatara alasan pihak kampus mencabut aturan keringanan UKT karena saar ini perkuliahaan sudah tidak daring lagi.
"Ya karena memang proses pembelajaran dulu daring sekarang luring. Nantinya tanggal 28 Maret sudah dilakukan pembelajaran luring. Kemudian masa pandemi ya berakhir maka dikembalikan lagi ke pembayaran secara normal," tuturnya.
Sementara itu, gerbang depan Unikama ditutup karena hari ini kampus tersebut menjadi tuan rumah kejuaraan olahraga tingkat kampus se-Jawa Timur.
"Saya tidak bolehkan masuk karena di dalam ada tamu, ada 34 perguruan tinggi yang hadir di sini dan itu bisa menganggu, sekarang ada pertandingan Pomprov Jawa Timur atau pekan olahraga mahasiswa jawa timur. Itu sedang berlangsung cabang olahraga karate," katanya menegaskan.
Kontributor : Bob Bimantara Leander