Ketum PBNU Gus Yahya Janjian Bertemu Dubes Rusia dan Ukraina Bahas Perang dan Serukan Gencatan Senjata

Perang di Ukraina masih terus berkecamuk sampai sekarang. Negara itu sedang menantang bahaya, terus-terusan melawan serangan Rusia di wilayah mereka.

Muhammad Taufiq
Senin, 07 Maret 2022 | 08:21 WIB
Ketum PBNU Gus Yahya Janjian Bertemu Dubes Rusia dan Ukraina Bahas Perang dan Serukan Gencatan Senjata
Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf [Foto: Antara]

Ia mengatakan bahwa masih terdapat 14 WNI yang berada di Bukares, Rumania karena mayoritas dari mereka terpapar COVID-19. Dari tes yang dilakukan 12 orang positif COVID-19 dan dua orang memilih tinggal di Bukares untuk menemani anak mereka yang juga terkonfirmasi positif.

"Enam orang di antaranya adalah pekerja migran Indonesia yang diketahui dan dinyatakan positif COVID-19," katanya.

Benny juga memastikan perwakilan Indonesia di Bukares akan terus memantau keadaan 14 orang tersebut dan jika telah memungkinkan akan dievakuasi menggunakan pesawat kembali ke Indonesia.

Untuk PMI yang telah tiba telah dinyatakan tidak terinfeksi COVID-19 setelah menjalani tes di Indonesia dan saat ini menjalani karantina di Wisma Pasar Rumput, Jakarta.

Baca Juga:Serukan Rusia dan Ukraina Gencatan Senjata, PBNU: Semua Pertentangan Dibicarakan Secara Damai

Imbas lainnya adalah soal harga minyak dunia. Seperti yang dikatakan pengamat ekonomi Universitas Jember Adhitya Wardhono, Ph.D., yang mengatakan invasi Rusia ke Ukraina bisa berimbas pada lonjakan harga minyak global karena berdasarkan data menyebutkan bahwa produksi minyak Rusia mencapai 10 juta barel per hari.

"Apabila minyak Rusia langka di pasaran, maka lonjakan harga tidak terhindari. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor minyak diperkirakan akan mengalami dampak yang berat jika sanksi dunia kepada Rusia sangat keras," katanya di Kabupaten Jember.

Di awal Maret 2022, lanjut dia, harga minyak mentah melonjak di atas 105 dolar per barel untuk pertama kalinya sejak 2014 dan hal itu merupakan salah satu dampak dari invasi Rusia ke Ukraina.

Lonjakan tersebut juga dinilai dapat memperburuk inflasi bagi negara-negara konsumen energi dan mengancam pemulihan ekonomi.

Baca Juga:PBNU akan Bangun Kontak dengan Umat Muslim di Kawasan Balkan, Upayakan Perdamaian dan Akhiri Perang Rusia-Ukraina

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini