SuaraMalang.id - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo selama Januari 2022 mencapai 21 kasus. Masyarakat diimbau mewaspadai lonjakan penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo Mujoko mengatakan, jumlah kasus DBD di Probolinggo sudah mencapai 21, kasus dengan jumlah kematian mencapai dua orang.
"Dua kasus kematian akibat DBD itu sudah termasuk cukup tinggi sebab seharusnya tidak boleh ada kasus kematian karena DBD," tuturnya seperti diberitakan Antara, Rabu (2/2/2022).
Dijelaskannya, petugas di lapangan sudah sangat masif melakukan upaya pencegahan kasus penyakit DBD.
Baca Juga:PKB Probolinggo Pasang Badan, Bela Kadernya yang Jadi Tersangka Pencurian Uang Rakyat
"Namun, kembali lagi kepada gerakan masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan," katanya.
Terkait dengan DBD itu, lanjutnya, tentu semua harus tetap waspada walaupun masih dalam penanganan COVID-19 dan DBD perlu penanganan secara cepat karena diagnosanya hampir mirip-mirip dengan COVID-19 pada gejala awalnya.
Ia menjelaskan kewaspadaan tinggi dari para petugas yang ada di lapangan khususnya betul-betul harus dilakukan karena penanganan DBD pada prinsipnya kalau kasus ditemukan dan ditangani dengan cepat maka juga bisa sembuh dengan cepat.
"Tetapi kalau terlambat juga tentu risiko akan terjadi lebih buruk," ujarnya.
Mujoko mengatakan upaya-upaya yang dilakukan saat ini terkait dengan kasus DBD dan diagnosa betul-betul positif maka dilakukan pengasapan sebagaimana biasa dengan radius 100 meter dari titik kejadian DBD. Selain itu upaya 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) terkait dengan gerakan masyarakat juga terus digalakkan.
Baca Juga:Heboh Puting Beliung di Perairan Dekat PLTU Paiton Probolinggo
“Satu kasus pun akan difogging dengan catatan betul-betul diagnosa DBD. Di sisi lain gerakan masyarakat berupa 3M tetap harus digalakkan," katanya.
Menurutnya, fogging itu hanya membunuh nyamuk terbang dan jentik akan mati kalau kita lakukan dengan 3M tadi plus abatesasi.
"Kecenderungan kasus DBD naik ada karena musim hujan dan sekarang dijumpai cukup banyak tumpukan sampah yang memicu genangan air dan selokan-selokan yang mampet, sehingga bisa menjadi sumber dari naiknya kasus DBD," ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, diperlukan gerakan semua elemen masyarakat untuk membersihkan lingkungan karena tren kasus DBD itu biasanya diawali dari bulan Desember hingga April yang memasuki musim kemarau.
“Puncaknya biasanya pada Bulan Pebruari dan Maret, terutama daerah-daerah endemis, seperti Kecamatan Gending dan Pajarakan," ujarnya.
Mujoko mengimbau kepada masyarakat agar kembali menggalakkan kegiatan gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan secara bersama-sama dan justru yang sangat berisiko adalah genangan air yang tertampung di kaleng-kaleng bekas, bak mandi dan lain sebagainya.