SuaraMalang.id - Jumlah volume atau timbunan sampah di TPA Pakusari Kabupaten Jember saat ini bisa dibilang tinggi, berkisar 160 – 180 ton per hari, dengan luas areal 6,8 hektare.
Meskipun begitu, ternyata jumlah volume sampah sebesar itu belum bisa digunakan untuk membuat pembangkit listrik tenaga sampah. Hal ini disampaikan Bupati Jember Hendy Siswanto.
Bupati menegaskan, belum saatnya ada pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Kabupaten Jember. Oleh sebab itu Ia lebih memilih mengembangkan program bank sampah di masyarakat.
"Pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) merupakan teknologi yang memanfaatkan sumber daya sampah yang di kelola menjadi sumber listrik untuk disalurkan ke masyarakat," kata Hendy, seperti dikutip dari beritajatim.com, jejaring media suara.com, Minggu (03/10/2021).
Baca Juga:Berawal dari Obrolan di Pos Ronda, Warga Cipageran Ubah Sampah Jadi Berkah
"Namun teknologi tersebut berdasarkan kajian, memerlukan jumlah volume atau timbulan sampah minimal 400 ton per hari, dengan luas areal tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah minimal 30 hektare. Oleh karena itu untuk saat ini Pemerintah Kabupaten Jember masih belum dapat memenuhi pembangunan infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)," kata Hendy.
Sebelumnya, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD Jember mengusulkan kepada Bupati Hendy Siswanto agar pengelolaan sampah dilakukan dengan pembangunan infrastruktur modern seperti pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
"Ini supaya program: Wes Wayahe Infrastruktur Jember Mantap menjadi bagian nafas pengelolaan sampah dalam raperda," kata Mangku Budi Heri Wibowo, juru bicara Fraksi PKS.
Hendy lebih mendukung pegiat ekonomi kreatif memanfaatkan usaha daur ulang sampah.
"Ini telah dilakukan Pemkab Jember bersama 35 bank sampah yang dikoordinasi Bank Sampah Induk Jember sebagai binaan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jember dan tergabung dalam Forum Komunikasi Bebas Sampah Jember," katanya.
Baca Juga:Uji Coba Pesawat Cessna Wisata Keliling Jember
Menurut Hendy, bank sampah inilah yang menjadi motor penggerak ekonomi kreatif dalam memanfaatkan daur ulang sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi.
"Diharapkan pada masa yang datang keberadaan bank sampah akan berkembang menjadi ‘Satu Desa Satu Unit Bank Sampah’," katanya.