SuaraMalang.id - Keluhan harga jagung dan pakan ternak kian mahal juga dirasakan para peternak ayam di Banyuwangi Jawa Timur. Di sisi lain, mereka juga mengeluhkan merosotnya harga telur.
Dijelaskan Plt Kadis Pertanian dan Pangan Banyuwangi Arief Setiawan, naiknya harga pakan ternak ini merupakan imbas dari kenaikan harga jagung sejak beberapa hari belakangan ini.
Di Banyuwangi, Ia melanjutkan, harga jagung lokal yang kian naik dari Rp 3.000 per kilogram, kini bisa sampai antara Rp 5 ribu sampai Rp 5.600 rupiah per kilogramnya.
"Pakannya sebagian besar dari jagung, dedaknya dari beras, itu sumbernya dari pertanian semua. Kini harga jagung antara Rp 5 ribu - Rp 5.300, ada juga yang Rp 5.600," katanya, seperti dikutip dari suaraindonesia.co.id, jejaring media suara.com, Minggu (03/10/20210).
Baca Juga:Muncul Batik Motif Virus Corona di Banyuwangi
Arief menyebut, khusus pakan yang diolah sendiri oleh peternak di Banyuwangi, sebetulnya tidak ada masalah. Namun yang menjadi persoalan dikarenakan harga telur di pasaran mengalami penurunan. Karena harga telur menjadi harga nasional.
Dia mencontohkan, seperti terjadi di Blitar. Harga telur di kabupaten tersebut di anjlokkan karena harga pakan yang cenderung tinggi. Hal ini juga memberikan dampak yang signifikan terhadap daerah lainnya.
"Karena di Blitar itu biasanya menjadi pasokan, antara lain Banyuwangi juga mengambil di Blitar dan sebaliknya, jadi lintas daerah," terang Arief, kemarin.
Arief mengatakan, penurunan harga telur sebenarnya terjadi alami, dikarenakan permintaan di pasaran berkurang, sementara stok melimpah, sedangkan harga pakan juga mahal.
"Sehingga peternak yang biasanya mereka beternak ayam petelur terus dijadikan untuk benih atau bibit, mereka sekarang tidak lagi membuat benihnya, tetapi mereka menjual telur ke pasaran. Akhirnya stok telur bertambah, dari pembenih-pembenih," bebernya.
Baca Juga:Peringatan G30S PKI, Warga Banyuwangi Gelar Doa Bersama di Monumen Lubang Buaya
Arief menyebut, penurunan harga telur dan kenaikan harga jagung tidak akan terjadi secara terus menerus. Sama halnya harga cabai sering terjadi fluktuatif, pihaknya tidak bisa melakukan intervensi terhadap harga bahan pokok tersebut.
"Karena tidak ada intervensi pemerintah terkait dengan harga telur, harga jagung. Yang diatur hanya harga beras dan harga gabah," ungkapnya.
Meski begitu, Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi terus memberikan pendampingan kepada peternak. Mulai dari memberikan pakan yang baik dan benar, sampai dengan pasca-panen.
Sebelumnya, perwakilan peternak ayam petelur di Banyuwangi Supaat Pribadi (47), mengeluhkan harga pakan yang kian mahal. Sementara harga telur cenderung turun.
Ia menyebut, harga telur saat ini terjun bebas di harga Rp 14 ribu rupiah. Sedangkan harga normalnya di Rp 20-22 ribu rupiah.
"Ditambah harga pakan mahal, kini naik Rp 18 ribu, yang awalnya Rp 330 ribu per setengah kwintal menjadi Rp 348 ribu," keluhnya, Selasa (28/9/2021).
Supaat merasa terbebani adanya harga telur yang kian merosot, ditambah harga pakan yang mahal. Dari omzet Rp 16 juta yang didapat setiap bulannya, ia harus mengeluarkan biaya pakan Rp 13 juta per bulan.
"Apalagi harga telur sekarang turun. Terpaksa kita melakukan penekanan seminimal mungkin untuk pakan," katanya menandaskan.