SuaraMalang.id - Para petani di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan anjloknya harga cabai di pasaran. Kekinian, harga cabai menyentuh kisaran Rp 4 ribu per kilogram.
Kondisi itu berpotensi menyebabkan kerugian, lantaran tidak sepadan dengan biaya produksi (tanam dan perawatan) yang sudah dikeluarkan para petani.
"Normalnya harga cabai itu ya di kisaran Rp10 ribu - Rp30 ribu per kilogram. Kalau sudah di bawah Rp10 ribu, petani pasti rugi," kata Suyono, petani cabai di Desa Bendosari, Kecamatan Ngantru, Tulungagung, mengutip dari Antara, Rabu (25/8/2021).
Menurut Suyono, kondisi ini sudah terjadi sejak pandemi COVID-19. Ia juga tidak menampik kemungkinan serapan pasar yang menurun dampak 'pagebluk' corona. Sebab dengan banyak rumah makan, restoran dan hotel yang tutup, permintaan akan komoditas cabai juga turun.
Baca Juga:Petik Cabai, 2 Pria di Sumut Tewas Tersambar Petir
Belum lagi daya beli masyarakat yang saat ini ikut tertekan akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sehingga volume belanja kebutuhan rumah tangga dan dapur ikut berkurang.
Menurut Suyono, kondisi ini sudah terjadi sejak pandemi COVID-19.
"Warung banyak yang tidak beroperasi, sehingga tidak pakai cabai," katanya.
Ironisnya, kendati terdampak langsung dengan pandemi dan PPKM, petani seperti Suyono belum tersentuh bantuan dari pemerintah.
"Kalau sudah (harga) rusak begini, kami memilih tidak panen dulu. Membiarkan cabai yang matang membusuk daripada dipanen akan tetapi hasil penjualannya bahkan tidak cukup untuk menutup biaya tanam dan petiknya," keluhnya.
Baca Juga:Viral Petani Ngamuk sampai Merusak Tanaman Cabai di Kebun, Aksinya Bikin Publik Geram
Di lahan setengah hektare miliknya ini seluruhnya ditanami cabai jenis tampar dan godo. Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tak mungkin dirinya bakal beralih ke tanaman lain yang lebih laku di pasar.
"Kalau tidak menguntungkan, kenapa mesti dipertahankan. Mending beralih ke tanaman lain," ujarnya. (Antara)