Kisah Badjuri Pejuang asal Pakisaji Malang Lawan Belanda, Tewas Diberondong 13 Peluru

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang memiliki sosok pahlawan berjasa untuk mengusir Belanda saat Agresi Militer 1 dan 2 pada tahun 1947 hingga 1948.

Muhammad Taufiq
Minggu, 15 Agustus 2021 | 13:21 WIB
Kisah Badjuri Pejuang asal Pakisaji Malang Lawan Belanda, Tewas Diberondong 13 Peluru
Monumen Badjuri di Pertigaan Jalan Raya Pakisaji Desa Jatirejo Kecamatan Pakisaji, Minggu (15/8/2021) [Suara.com/Bob Bimantara Leander]

SuaraMalang.id - Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang memiliki sosok pahlawan berjasa untuk mengusir Belanda saat Agresi Militer 1 dan 2 pada tahun 1947 hingga 1948.

Dia adalah Serka Badjuri salah satu tentara dari Tentara Hizbullah. Pada medio tahun tersebut, Belanda menduduki Desa Kebonagung Kecamatan Pakisaji. Belanda ingin mempertahankan badan usaha Pabrik Gula Kebonagung.

Untuk mempertahankan PG Kebonagung, tentara Belanda melakukan operasi untuk membunuh tentara-tentara atau masyarakat yang menolak keinginan tentara Belanda untuk menduduki Pakisaji.

Baca Juga:Album Checkmate ITZY Susul Catatan Manis BLACKPINK dan aespa

Biasanya waktu pagi hingga pagi lagi ada saja tentara Indonesia dan masyarakat yang dibunuh. Operasi keliling pun digalakkan di sekitar Kecamatan Pakisaji.

Nah saat operasi ini, Badjuri yang berpawakan gagah dan terkenal akan bulu tebal di dadanya selalu mengamankan masyarakat di desa yang merupakan target operasi. Hal itu disampaikan saksi hidup perjuangan Badjuri, yakni Karmuji Wicaksono (79), Minggu (15/7/2021).

"Bahkan dulu saya pernah digendong pas umur 6 tahun sama Pak Badjuri. Saya ingat betul. Saya dibawa ke tempat pengungsian," kata mantan Kades Pakisaji tahun 1990 sampai 1999 itu ke Suaramalang.id, Minggu (15/8/2021).

Badjuri, lanjut Karmuji, membawa warga desa yang menjadi target operasi ke sebuah hutan. Di hutan tersebut warga dikelompokkan ke sebuah pagar dan ditutupi oleh tanaman.

"Ya agar tentara Belanda enggak tahu kalau di situ ada warga," kata dia menegaskan.

Baca Juga:Dinkes Kabupaten Malang: 480 Ribu Warga Telah Vaksin Covid-19

Badjuri pun selama aksinya tidak pernah diketahui oleh tentara Belanda. Dia selama beroperasi tidak memakai seragam. Dia terkenal memakai kaos polos bewarna hitam dan sarung yang diselempangkan di kaosnya.

"Jadi tidak pernah tahu Belanda itu. Dia operasinya diam-diam memang," tutur dia.

Badjuri mengetahui rencana tentara Belanda menjadi target operasi dari mata-matanya. Salah satu mata-matanya adalah ayah dari Karmuji.

"Iya bapak saya salah satunya. Dulu kerja di kantor Belanda. Lah bapak saya itu kadang dengar mau operasi di mana dan lalu sepedaan memberitahu tentara begitu," kata dia.

Namun upaya Badjuri pun kadang mempunyai hambatan. Hambatan tersebut datang dari mata-mata Belanda, yakni Kades Pakisaji waktu itu, Yahmoen. Yahmoen menjadi mata-mata Belanda karena ingin memperkaya diri sendiri.

"Nah Mbah Yahmoen itu memberitahu mata-mata begitu. Kades sini dulu. Dia memberitahu keberadaan tentara Indonesia atau rakyat yang meberontak. Akhirnya dari informasi itu Belanda mampu membunuh pemberontak atau tentara Indonesia," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak