SuaraMalang.id - Analisis berikut ini menjadi bukti kalau dukungan moral penonton di kandang sangat penting bagi perdorma sebuah klub. Di masa pandemi ini, banyak klub Liga Inggris memiliki catatan buruk saat main di kandang sendiri.
Contoh luar biasa adalah saat klub lemah Burnley menjungkalkan juara bertahan Liga Inggris Liverpool di Anfield dengan sekor 1-0 pada 21 Januari 2021 lalu. Padahal, sebelumnya dari 68 pertandingan The Red tidak pernah kalah di depan penontonnya sendiri.
Setelah kalah dari Burnley, Liverpool kembali dijungkalkan Brighton dan Manchester City. Pelan-pelan predikat angker perlahan lepas dari Anfied.
Pelatih Burnley Sean Dyche, saat itu mengatakan kalau ketiadaan penonton membuat Anfield tak lagi angker.
Baca Juga:Leicester Balik Menang Kontra Liverpool, Rodgers Puas dengan Kinerja Timnya
"Penonton tuan rumah itu menciptakan perbedaan besar," katanya seperti dikutip dari Antara.
Hal senada diungkapkan manajer Manchester City Pep Guardiola. Usai memenangi laga kontra Liverpool di Anfield pada 7 Februari lalu, Ia mengatakan Anfield akan jaug mengesankan kalau ada penonton.
"Bertahun-tahun lamanya kami tak bisa menang di sini. Anfield amat mengintimidasi. Anfield selalu mengesankan, tetapi akan jauh lebih mengesankan lagi kalau ada penonton."
Dari 17 tim Liga Inggris yang bermain lagi musim ini hanya Chelsea, Aston Villa, Southampton, West Ham dan Tottenham Hotspur yang penampilan kandangnya meningkat ketika tak ada penonton di stadion, dibandingkan dengan saat stadion masih disesaki suporter.
"Tanpa suporter di stadion, tim tuan rumah tak lagi memiliki keuntungan memiliki suporter yang menyemangatinya," kata manajer Everton Carlo Ancelotti.
Baca Juga:Klasemen Terbaru Liga Inggris: Manchester City Makin Tak Terkejar
Hasil analisis ESPN terhadap 288 pertandingan Liga Premier sebelum lockdown musim 2019-2020 dan 317 pertandingan setelah lockdown selama sisa musim 2019-2020 dan musim 2020-2021, menunjukkan terjadi penurunan jumlah gol saat pertandingan kandang dari rata-rata 1,5 gol per pertandingan sebelum lockdown menjadi 1,4 gol per laga sesudah lockdown.
Tim tandang selalu mendapatkan hasil lebih baik setelah lockdown dibandingkan sebelum lockdown. Kemenangan kandang berkurang 2 persen, sebaliknya kemenangan tandang naik 26 persen.
Kartu kuning untuk tim tandang juga turun dari rata-rata 1,9 kartu per laga menjadi 1,5 kartu per pertandingan selama tak ada penonton. Ini menandakan wasit tak lagi terprovokasi keadaan di dalam lapangan.
"Laga kandang dan tandang jadi berbeda, tak seperti dulu," kata bos Manchester United Ole Gunnar Solskjaer.
Dan bedanya, kata Michael Caulfield, psikolog olahraga terkemuka Inggris, "faktor pengintimidasi hilang di mata lawan."
Pernyataan pemain Liverpool Fabinho ini menguatkan hal itu. "Seandainya penonton menyaksikan laga kami melawan United dan Burnley, saya yakin hasilnya akan berbeda jika ada dukungan penonton."
Liverpool sendiri adalah klub yang paling terpukul oleh 'dampak tribun kosong', namun penampilan kandang Brighton, Newcastle dan Sheffield United juga berantakan tanpa penonton.
Liverpool juga kesulitan karena krisis cedera berkepanjangan tiga bek tengah pilihan pertamanya dan "kelelahan mental" sehingga kesulitan mencetak hasil 100 persen dalam pertandingan.
Testosteron dan konsentrasi
"Ketiadaan penonton amat merusak penampilan; lawan menjadi tak takut, dan itu telah meratakan banyak hal," kata Caulfield.
West Ham yang berperingkat enam dalam klasemen liga paling diuntungkan oleh stadion tak berpenonton. Mereka memenangkan 29,73 persen poin lebih banyak dibandingkan sebelum lockdown.
Aston Villa, Chelsea dan Southampton juga mengalami kenaikan poin di kandang setelah lockdown. Apalagi Villa sedang meningkat tajam performanya dibandingkan dengan musim lalu, sedangkan Southampton membaik setelah ditangani Ralph Hasenhuttl.
Sementara itu, sejak ditangani Thomas Tuchel, Chelsea tak terkalahkan dalam dua laga kandang. Namun Chelsea memang memperoleh poin 20 persen lebih banyak dari laga kandang setelah lockdown ketimbang sebelum lockdown.
Sementara catatan Arsenal dengan atau tanpa penotnon relatif sama: meraih poin 2,23 persen lebih banyak dibandingkan saat di kandang setelah lockdown. Ketiadaan penonton bahkan membuat Unai Emery terpental digantikan Mikel Arteta.
"Kami tahu penampilan kandang vital bagi kesuksesan kami dan kami harus segera mengubahnya," kata Arteta, Desember lalu.
Manajer Tottenaham Jose Mourinho juga yakin penonton membawa dampak. “Saya percaya stadion yang penuh penonton bisa memberi dampak kepada tim dan saya kira ini terjadi di setiap stadion."
Penonton tuan rumah, kata Sean Dyche, “mempengaruhi dalam bagaimana timnya beroperasi dan itulah hal yang paling mungkin mempengaruhi penampilan kandang dan tandang musim ini."
Pernah terjadi Liverpool menang 7-0 melawan Crystal Palace, tetapi juga kalah 2-7 melawan Aston Villa. Itu bersamaan dengan Manchester United kalah 1-6 di kandang melawan Tottenham, dan Leicester menang 5-2 melawan Man City.
Klopp menyebut ini terjadi karena konsentrasi pemain. "Audiens atau penonton, mempertajam fokus Anda, " kata Klopp.
Para psikolog dan ahli statistik sendiri menyebut ketiadaan penonton mempengaruhi konsentrasi, kadar testosteron dan hilangnya rasa takut dari pemain lawan.
Kadar testosteron pada pemain ternyata menyumbang pada penurunan performa kandang karena pemain tuan rumah biasanya memiliki kadar testosteron lebih besar karena ada dukungan penonton. Tapi saat ini tidak.