Tanah Longsor, 1.500 Warga di Dusun Bandealit Jember Sempat Terisolasi

Dari 1.500 warga tersebut di antaranya 614 orang lanjut usia (lansia) dan 56 ibu hamil

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Rabu, 20 Januari 2021 | 20:45 WIB
Tanah Longsor, 1.500 Warga di Dusun Bandealit Jember Sempat Terisolasi
Ilustrasi tanah longsor Jember. [Foto: ANTARA]

SuaraMalang.id - Akibat tanah longsor, Dusun Bandealit Kabupaten Jember sempat terisolasi. Total ada 1.500 warga atau 500 kepala keluarga (KK) terdampak bencana alam di kawasan Taman Nasional Meru Betiri tersebut.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember Heru Widagdo mengatakan tebing di kawasan Taman Nasional Meru Betiri longsor dua kali, yakni pada Sabtu (16/1) sore dan Senin (18/1) malam. Penyebabnya hujan deras dan gundulnya hutan di kawasan tersebut. Dampak longsor mengakibatkan akses jalan satu-satunya warga Dusun Bandealit, Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo tertimbun longsor hingga menutup seluruh badan jalan.

"Alhamdulillah, petugas sudah membersihkan material longsor, sehingga akses jalan satu-satunya yang menghubungkan permukiman penduduk ke Desa Andongrejo bisa dilalui, namun dengan ekstra hati-hati," katanya, seperti dikutip dari ANTARA, Rabu (20/1/2021).

Ia melanjutkan, pembersihan material longsor dilakukan BPBD bersama masyarakat, pekerja kebun, petugas Taman Nasional Meru Betiri, Polri dan TNI, serta relawan.

Baca Juga:Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Terdampak Polemik APBD Jember 2021

"Saat terisolasi, kami sudah mendistribusikan lauk pauk, beras, mie instant, air mineral, dan nasi bungkus sesuai dengan jumlah warga di Dusun Bandealit," katanya.

Berdasarkan data dari BPBD Jember, jumlah warga yang terisolir sebanyak 500 KK atau 1.500 jiwa di Dusun Bandealit, Desa Andongrejo yang terdampak. Dari 1.500 warga tersebut di antaranya 614 orang lanjut usia (lansia) dan 56 ibu hamil.

Sementara Kepala Sub Bagian Tata Usaha TN Meru Betiri, Khairun Nisa mengatakan akses jalan di kawasan Dusun Bandealit sudah bisa dilalui kendaraan roda empat, pada Selasa (19/1/2021), namun volume kendaraan yang bisa melalui jalan tersebut terbatas.

"Timbunan longsor yang memenuhi badan jalan sudah dibersihkan secara gotong royong, sehingga akses jalan dapat dilalui kendaraan," katanya.

Ia menambahkan, banjir dan tanah longsor di Desa Andongrejo, desa penyangga hutan, merupakan paling parah sejak bekerja di Taman Nasional Meru Betiri, pada tahun 1998 lalu.

Baca Juga:APBD Terlambat Angkutan Sampah Tersendat, Oposisi Bupati Faida Sawer Biaya

"Kami juga sudah menggalang donasi untuk warga yang terdampak banjir berupa alat kebersihan, sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat untuk membersihkan rumah mereka dari banjir yang disertai lumpur tersebut," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini