7 Hari Direndam Banjir, Begini Kondisi Terakhir Kabupaten Jember

Kabupaten Jember masih siaga banjir susulan lantaran curah hukan masih tinggi.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Rabu, 20 Januari 2021 | 10:36 WIB
7 Hari Direndam Banjir, Begini Kondisi Terakhir Kabupaten Jember
Beberapa anak bermain air banjir susulan yang merendam Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (19/1/2021). (ANTARA/ Hamka Agung)

SuaraMalang.id - Kabupaten Jember direndam banjir kurang lebih seminggu lamanya. Selain banjir, satu wilayah juga dilaporkan mengalami tanah longsor.

Plt Kepala BPBD Jember Satuki di Jember mengatakan, banjir melanda tujuh kecamatan dan tanah longsor menerjang dua kecamatan. Ada satu kecamatan yang dilanda banjir dan tanah longsor secara bersamaan yakni Kecamatan Tempurejo.

Ia melanjutkan, berdasarkan data Pusat Pengendali Operasional (Pusdalops) BPBD Jember hingga 18 Januari 2021, tercatat bencana banjir dan tanah longsor tersebar di 18 desa/kelurahan. Jumlah warga yang terdampak sebanyak 4.178 kepala keluarga (KK).

Kemudian, ada 12 fasilitas pendidikan ikut terdampak bencana. Lalu ada tiga fasilitas umum, dan 42 hektare lahan pertanian juga ikut terdampak bencana alam yang mengepung Jember tersebut.

Baca Juga:Pantau Dapur Umum Korban Banjir Jember, Mensos Risma Pegang Centong Nasi

"Banjir melanda Kecamatan Bangsalsari, Tanggul, Gumukmas, Puger, Tempurejo, Ambulu, dan Jenggawah, sedangkan tanah longsor menerjang Kecamatan Patrang dan Tempurejo," kata Satuki, seperti dikutip dari ANTARA, Rabu (20/1/2021).

Di Kecamatan Bangsalsari terdapat satu desa yang terdampak banjir bandang yakni Desa Bangsalsari dengan jumlah warga yang terdampak sebanyak 68 KK dan tiga pondok pesantren terendam banjir, bahkan tembok salah satu pesantren tersebut jebol diterjang derasnya banjir bandang yang membawa material kayu dan lumpur.

Banjir juga melanda Desa Tanggul Kulon dan Desa Klatakan di Kecamatan Tanggul dengan jumlah warga yang terdampak sebanyak 86 KK, kemudian di Kecamatan Gumukmas terdapat tiga desa (Desa Karangrejo, Bagorejo, Menampu) dengan 229 KK yang terdampak banjir.

Di Kecamatan Puger terdapat tiga desa yang direndam banjir yakni Desa Mlokorejo, Grenden, Mojosari dengan jumlah warga terdampak 1.283 KK dan satu pesantren juga terendam banjir.

Sedangkan di Kecamatan Ambulu terdapat dua desa yang diterjang banjir yakni Desa Sabrang dan Andongsari dengan jumlah warga terdampak sebanyak 337 KK, selanjutnya Desa Cangkring di Kecamatan Jenggawah dengan jumlah warga yang terdampak 106 KK.

Baca Juga:Pengungsi Banjir di Jember Mulai Diserang Penyakit Gatal-Gatal

Banjir terparah berada di Kecamatan Tempurejo dengan lima desa yang terendam yakni Desa Andongrejo, Curahnongko, Sidodari, Curahtakir, dan Desa Wonoasri dengan jumlah warga terdampak sebanyak 2069 KK, delapan fasilitas pendidikan dan satu fasilitas umum terendam banjir, serta satu jembatan rusak berat.

"Untuk longsor di Dusun Bandealit, Desa Andongrejo di Kecamatan Tempurejo berdampak pada akses jalan terputus karena tertutup material longsor hingga menyebabkan 500 KK terisolir," katanya.


Kemudian longsor di Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang menyebabkan tiga rumah warga terancam dampak longsor susulan karena kontur tanah di wilayah setempat sangat labil.

Ia menjelaskan banjir sudah mulai surut dan petugas juga membersihkan tanah longsor, sehingga akses jalan di kawasan Bandealit yang merupakan wilayah Taman Nasional Meru Betiri bisa dilalui kembali.

"Kendati demikian, petugas dan relawan BPBD tetap siaga terhadap banjir dan tanah longsor susulan mengingat curah hujan masih cukup tinggi di Kabupaten Jember," ujarnya.

Satuki mengatakan upaya yang sudah dilakukan BPBD Jember dan instansi terkait yakni mendirikan posko siaga di Kantor Desa Wonoasri, distribusi logistik, dan mendirikan dapur umum.

"Selain itu juga didirikan posko pengungsi dan kesehatan, mendistribusikan air bersih, pembersihan material longsor, dan mengevakuasi kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini