Eviera Paramita Sandi
Senin, 14 Juli 2025 | 12:31 WIB
ilustrasi sound horeg (instagram/faskhosengoxoriginal_real)

SuaraMalang.id - Jika Anda pernah berada di Malang atau wilayah sekitarnya saat ada karnaval, pawai, atau hajatan besar, Anda mungkin pernah merasakan getarannya.

Bukan getaran gempa, melainkan dentuman bass dahsyat dari barisan truk yang membawa tumpukan speaker raksasa.

 Inilah yang dikenal sebagai "sound horeg", sebuah fenomena budaya yang begitu digandrungi sekaligus menuai kontroversi tajam.

Lalu, mengapa fenomena yang secara harfiah berarti "sound system yang membuat bergoyang hingga gemetar" ini begitu populer di Malang dan sekitarnya?

Sebagai informasi, MUI Jatim resmi mengeluarkan fatwa haram terhadap sound horeg.

Fatwa ini diputuskan setelah melalui sidang yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk para ahli kesehatan, pemerintah daerah, komunitas sound horeg hingga masyarakat.

Penggunaan sound horeg ini diharamkan, jika intensitas suara melebihi batas wajar yang bisa mengganggu dan membahayakan kesehatan hingga merusak fasilitas umum atau pribadi, serta memutar musik yang diiringi joget pria-wanita dengan membuka aurat dan bentuk kemungkaran lain. 

Viral! Detik-Detik Truk Sound Horeg Alami Rem Blong di Sumbermanjing Wetan Malang. [Instagram]

Ketua MUI Kota Malang, KH Isroqunnajah menegaskan, sebagai bagian dari organisasi struktural, pihaknya mengikuti arahan dari MUI Provinsi.

Pria yang akrab disapa Gus Is ini mengungkapkan, MUI Kota Malang akan mulai melakukan sosialisasi fatwa tersebut secara masif.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Liburan Hits di Malang untuk Anak Muda, Wajib Dikunjungi!

“Kita afirmasi melalui khotbah-khotbah juga bahwa dampak mudaratnya itu besar. Banyak kejadian, banyak korban, dari yang sepuh, punya riwayat jantung hingga bayi, itu terdampak,” ungkapnya.

Mengapa Sound Horeg Begitu Dicintai di Malang?

Akar kecintaan masyarakat Malang terhadap sound horeg lebih dalam dari sekadar hiburan musik keras.

Ada beberapa alasan sosial dan budaya yang membuatnya begitu digandrungi.

1. Simbol Kebanggaan dan Identitas Komunitas

Di Malang, sound system bukan hanya milik perorangan, melainkan seringkali menjadi simbol kebanggaan sebuah desa, dusun, atau kelompok penyewa sound. "Battle sound" atau adu keras dan jernihnya suara menjadi ajang pembuktian gengsi dan eksistensi. Semakin besar, keras, dan "horeg" sound system yang dimiliki, semakin terpandang komunitas tersebut.

Load More