SuaraMalang.id - Jika Anda pernah berada di Malang atau wilayah sekitarnya saat ada karnaval, pawai, atau hajatan besar, Anda mungkin pernah merasakan getarannya.
Bukan getaran gempa, melainkan dentuman bass dahsyat dari barisan truk yang membawa tumpukan speaker raksasa.
Inilah yang dikenal sebagai "sound horeg", sebuah fenomena budaya yang begitu digandrungi sekaligus menuai kontroversi tajam.
Lalu, mengapa fenomena yang secara harfiah berarti "sound system yang membuat bergoyang hingga gemetar" ini begitu populer di Malang dan sekitarnya?
Sebagai informasi, MUI Jatim resmi mengeluarkan fatwa haram terhadap sound horeg.
Fatwa ini diputuskan setelah melalui sidang yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk para ahli kesehatan, pemerintah daerah, komunitas sound horeg hingga masyarakat.
Penggunaan sound horeg ini diharamkan, jika intensitas suara melebihi batas wajar yang bisa mengganggu dan membahayakan kesehatan hingga merusak fasilitas umum atau pribadi, serta memutar musik yang diiringi joget pria-wanita dengan membuka aurat dan bentuk kemungkaran lain.
Ketua MUI Kota Malang, KH Isroqunnajah menegaskan, sebagai bagian dari organisasi struktural, pihaknya mengikuti arahan dari MUI Provinsi.
Pria yang akrab disapa Gus Is ini mengungkapkan, MUI Kota Malang akan mulai melakukan sosialisasi fatwa tersebut secara masif.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Liburan Hits di Malang untuk Anak Muda, Wajib Dikunjungi!
“Kita afirmasi melalui khotbah-khotbah juga bahwa dampak mudaratnya itu besar. Banyak kejadian, banyak korban, dari yang sepuh, punya riwayat jantung hingga bayi, itu terdampak,” ungkapnya.
Mengapa Sound Horeg Begitu Dicintai di Malang?
Akar kecintaan masyarakat Malang terhadap sound horeg lebih dalam dari sekadar hiburan musik keras.
Ada beberapa alasan sosial dan budaya yang membuatnya begitu digandrungi.
1. Simbol Kebanggaan dan Identitas Komunitas
Di Malang, sound system bukan hanya milik perorangan, melainkan seringkali menjadi simbol kebanggaan sebuah desa, dusun, atau kelompok penyewa sound. "Battle sound" atau adu keras dan jernihnya suara menjadi ajang pembuktian gengsi dan eksistensi. Semakin besar, keras, dan "horeg" sound system yang dimiliki, semakin terpandang komunitas tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- Reaksi Kocak Amanda Manopo Ditanya Malam Pertama Usai Menikah: Kita Coba Hari Ini
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Berkinerja Unggul, BRI Raih 2 Penghargaan Bergengsi dalam Indonesia Economic Summit 2025
-
Rahasia DANA Kaget Terungkap! 5 Link Spesial Edisi Senin, Jangan Lewatkan
-
Pemkot Malang Percepat Program Bantuan 50 Juta untuk RT
-
BRI Hadirkan Penawaran Eksklusif bagi Nasabah Pengguna BRImo, Diskon Nonton Konser Babyface!
-
Kapitalisasi Pasar Besar, BRI Sabet Penghargaan di Ajang Top 50 Emiten 2025