SuaraMalang.id - Dalam diskusi virtual bertajuk "Refleksi Seperempat Abad Reformasi", Jumat (15/3/2024), Sudirman Said, memberikan evaluasi terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Menurutnya, era kepemimpinan Jokowi, yang merupakan produk era reformasi, justru menjadi era di mana praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) subur.
Mengulas perjalanan reformasi yang telah berlangsung selama 26 tahun dengan lima kepemimpinan presiden, mulai dari Habibie hingga Jokowi, Sudirman menyoroti perbedaan signifikan antara para pemimpin tersebut.
Dari intelektual, tokoh agama, hingga jenderal, hingga akhirnya kepada Jokowi yang dianggap sebagai "orang biasa" yang berhasil naik ke puncak kekuasaan karena demokrasi.
"Seorang intelektual, ilmuwan yang belakangan menjadi birokrat (Habibie). Kemudian tokoh agama Pak Abdurrahman Wahid. Kemudian pimpinan partai yang membangun legitimasi melalui perjuangan luar biasa Ibu Mega. Seorang jenderal intelektual SBY," urai Sudirman saat membahas sosok presiden-presiden sebelum Jokowi.
Sudirman menilai, agenda reformasi yang bertujuan menghapus KKN dan dwi fungsi ABRI, serta melahirkan demokrasi dan meritokrasi, tidak terwujud sepenuhnya di era Jokowi. Menurutnya, 10 tahun terakhir di bawah kepemimpinan Jokowi, praktik KKN malah menjadi semakin subur.
"Partai-partai hipokrasi tidak lagi dibiarkan fungsi kontrol," tuturnya, menambahkan bahwa era Jokowi juga ditandai dengan pelemahan lembaga kontrol seperti DPR dan KPK.
Sudirman juga menyoroti bahwa era ini tercatat dengan penangkapan sejumlah pejabat tinggi negara, menteri aktif, gubernur, bupati, hingga ratusan anggota DPR karena kasus korupsi.
Sudirman, yang pernah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di era Presiden SBY, menyatakan bahwa meski masalah korupsi yang melibatkan pejabat-pejabat pemerintahan tidak bisa dikaitkan langsung dengan Jokowi, namun lingkungan kebijakan saat ini memfasilitasi tumbuh suburnya praktik korupsi dan nepotisme.
Baca Juga: Unggul Quick Count, Analis: Jadi Bukti PDIP Tak Butuh Jokowi
Diskusi tersebut menggarisbawahi tantangan yang masih dihadapi Indonesia dalam melanjutkan agenda reformasi dan memerangi praktik KKN, serta menyoroti pentingnya penguatan lembaga kontrol dan penegakan hukum sebagai upaya memperbaiki tata kelola pemerintahan.
Kontributor : Elizabeth Yati
Berita Terkait
-
Unggul Quick Count, Analis: Jadi Bukti PDIP Tak Butuh Jokowi
-
Kekalahan Cuma Angka, Megawati dan PDIP Menang karena Berani Lawan Jokowi
-
Jokowi Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, Anies: Biar Rakyat Menilai
-
UM Malang Serukan 5 Poin Penting untuk Presiden Jokowi, Ini Isinya
-
BEM Fakultas Hukum UB Malang Nyatakan Sikap untuk Jokowi, Ini Isinya
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
BRI Bangun UMKM Tangguh Lewat BRILiaN, Pengusaha Muda Kombucha Jadi Inspirasi
-
Nikmati, Cashback Maksimal dari BRI untuk Investor Sukuk Ritel SR023T3 dan SR023T5
-
Modal Gercep! Saldo Rp199 Ribu Langsung Cair, Sikat 3 Link DANA Kaget Ini
-
BRI Hadirkan QRIS Kartu Kredit di Super Apps BRImo untuk Transaksi Besar
-
Lewat Holding UMi, BRI Tingkatkan Keuangan Inklusif untuk UMKM