Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 27 September 2022 | 10:03 WIB
Sarifuddin dan Fatimah bersama para ODGJ di rumahnya [Foto: Suarajatimpost]

SuaraMalang.id - Merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tidak lah gampang. Dibutuhkan kesabaran tinggi serta mental yang kuat menemani hari-hari dan merawat ODGJ tersebut. Apalagi yang dirawat bukan satu, tapi ratusan.

Tapi bagi pasangan suami istri asal Jember, Sarifuddin (65) dan Fatimah (58), merawat ODGJ memberikan arti tersendiri. Keduanya menampung banyak sekali orang dengan gangguan kejiwaan itu di rumahnya di Dusun Sumber Jeding Desa Seputih Kecamatan Mayang.

Sarifudin sudah membuka perawatan bagi para ODGJ itu sejak tahun 1985 di rumahnya. Keduanya melakukan itu secara swadaya semata, tanpa meminta biaya dari pemerintah ataupun orang lain.

Meskipun begitu, ada saja bantuan dari para dermawan di kalangan masyarakat dan pemerintah yang kadang membantu upayanya merawat para ODGJ tersebut. Sampai sekarang, kurang lebih sekitar 200-an ODGJ yang sudah dirawatnya.

Baca Juga: Geger Penemuan Pria Tak Dikenal Tewas di Pinggir Jalan Karimun

Para ODGJ itu banyak yang sembuh dan kembali ke keluarganya. Akan tetapi ada pula yang ditolak keluarganya, lalu kini ikut membantu Sarifuddin dan istrinya merawat ODGJ lain yang butuh perhatian lebih agar cepat sembuh kembali.

"Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bisa merawat ODGJ itu bersama istri. Kasihan kalau tidak ada yang merawat, apalagi sampai ada di jalanan," katanya dikutip dari suarajatimpost.com jejaring media suara.com, Senin (26/9/2022).

Rumah dan tempat merawat para ODGJ itu, kini dibuat dalam bentuk yayasan pondok pesantren. Karena dalam merawat para ODGJ itu, kata Sarifuddin, selain menggunakan metode medis, juga dengan pendekatan secara agama.

"Alhamdulillah tempat saya merawat ini sekarang bernama Yayasan Nurul Islamiyah. Para ODGJ ini ibarat santri. Dengan pendekatan agama dan ketelatenan, alhamdulillah banyak yang sembuh," kata Sarifudin.

Ia menambahkan, pasien juga ada yang pulang ke rumahnya sendiri, ada yang akhirnya berkeluarga, ada juga yang tidak pulang karena ditolak keluarganya, atau sudah tidak punya saudara.

Baca Juga: Soroti Kasus Kekerasan Fisik hingga Akibatkan Siswa Meninggal Dunia, Khofifah Dorong Pembentukan Satgas Anti Kekerasan

"Tinggal di pondok (rumahnya) dan ikut merawat saudara-saudaranya yang masih perlu perawatan dan perhatian," ungkap pria yang juga Pengasuh Yayasan Nurul Islamiyah dan juga akrab dipanggil Kiai Sarifuddin ini.

Awal dalam merawat para ODGJ itu, katanya, kala itu Sarifuddin diminta warga di sekitar rumahnya untuk membantu menyembuhkan ODGJ.

"Awalnya dipanggil minta diobati, karena terkadang ODGJ itu (diyakini) karena adanya gangguan jin. Jadi dibantu untuk dikuatkan agamanya dan baru bisa disembuhkan," tuturnya.

Dari peristiwa itu, lanjut Sarifudin, ada yang belum sembuh, dan dirinya membawa pasien itu ke rumahnya dan dirawat. Dari situlah, ia kemudian membantu merawat sampai sembuh.

"Selain pendekatan agama, dengan tiap subuh bangun Salat dan diingatkan ngaji, malam Jumat Pengajian. Setiap 4 hari sekali (pasien ODGJ) itu dibawa ke rumah sakit untuk diobati secara medis ke rumah sakit. Karena bagaimana pun pengobatan medis juga perlu," sambungnya.

Pantauan wartawan suarajatimpost.com di Yayasan Nurul Islamiyah tempat Sarifuddin dan istrinya merawat para ODGJ. Para ODGJ itu tinggal dalam sebuah kamar tanpa pintu berukuran 2 x 3 meter.

Tidur beralaskan kasur busa, dan ada lemari sebagai tempat menyimpan pakaian. Di semua ruang kamar dan lokasi para ODGJ beraktifitas tidak ada kaca. Menjaga agar para ODGJ tidak melukai dirinya sendiri.

Selain itu, bagi pasien yang masih terlalu aktif. Pada bagian kaki masih dirantai, agar tidak kabur dan berlarian. Sehingga memudahkan perawatan. Senada dengan Sarifuddin, istrinya Fatimah juga ikut membantu proses merawat para ODGJ itu.

"Dalam merawat ODGJ, intinya harus telaten. Saya membantu Abah (Sarifuddin) karena kasihan sama mereka (para ODGJ). Karena bagaimanapun mereka manusia, dan sesama manusia kan saling tolong menolong dan memberikan perhatian," ujar Perempuan yang juga akrab dipanggil Bu Nyai Fatimah ini.

Suka duka dalam merawat para ODGJ, ujarnya, mulai dari memulihkan kesadaran dan bagaimana para orang dengan gangguan jiwa itu. Mendapatkan kembali kodratnya sebagai seorang manusia normal.

"Mereka telanjang di tengah jalan, marah-marah ataupun ngomel sendiri. Ya kita telaten merawat, dan mendengarkan. Mereka sama manusia seperti kita, tapi hilang jati dirinya. Jadi kembali diingatkan siapa Tuhannya, dan apa yang seharusnya dilakukan. Sehingga yang sakit (ODGJ) itu bisa sembuh," ulasnya.

Para ODGJ itu, dalam salah satu terapi penyembuhan yang dilakukan. Adalah diajarkan untuk saling peduli.

"Jadi jika ada yang sudah sembuh, ada yang pulang kembali ke rumah dan keluarganya. Ada yang kembali normal dan berkeluarga. Ada juga yang masih di sini (tempat perawatan Yayasan Nurul Islamiya)," ujarnya.

"Untuk yang tetap di sini dan sembuh, ya membantu memasak dan merawat yang masih sakit. Jadi disadarkan untuk dapat saling tolong menolong," katanya menambahkan.

Fatimah juga menambahkan, terkait perhatian pemerintah ataupun masyarakat juga cukup baik.

“Terkadang dari Dinsos Jember datang memberi bantuan beras atau sembako, juga ada yang bantu seperti Dispenduk soal data. Sehingga bisa dapat bantuan saat perawatan kesehatan di rumah sakit. Juga terkadang dari donatur,” ucapnya.

Terkait keluhan tetangga atau warga sekitar, karena banyaknya pasien yang dirawat. Fatimah mengatakan selama ini tidak ada keluhan apa-apa. Apalagi lingkungan di dusunnya itu semua masih bersaudara.

"Selain itu ada kejadian lucu, pasien itu ada yang pergi ke warung (toko peracangan) dekat pondok ini. Beli rokok ngutang, ya sudah saya bayar. Tapi saya bilang, besok-besok jangan dikasih rokok karena pantangan saat perawatan. Dikasih kue saja atau jajanan lain," katanya.

Load More