Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Minggu, 20 Februari 2022 | 11:06 WIB
Ilustrasi pekerja migran Indonesia [Foto: Suarajatimpost]

SuaraMalang.id - Warga Banyuwangi yang pergi ke luar negeri untuk menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) asih tinggi di awal 2022 ini.

Terbukti sebanyak 236 warga Bumi Blambangan itu mulai berduyun-duyun merantau ke luar negeri dengan mayoritas tujuannya ke negara Taiwan, Hongkong, dan Singapura.

Pengiriman PMI ini sendiri sempat tertunda gara-gara negara penempatan pekerja tersebut sempat ditutup akibat dampak Covid-19.

Seperti dijelaskan Koordinator Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Banyuwangi Muhammad Iqbal. Ia mengatakan, para PMI yang diberangkatkan ini telah melakukan pembekalan akhir.

Baca Juga: Melihat Situs Geologi di Pantai Parang Ireng

"Pembekalan sudah dilakukan sejak awal tahun, setelah itu mereka diberangkatkan. Total yang diberangkatkan ada 263 orang terhitung sejak Januari - Februari," katanya seperti dikutip dari suarajatimpost.com jejaring media suara.com, Sabtu (18/2/2022).

Iqbal membeberkan, sejak pandemi Covid-19 melanda, berpengaruh besar terhadap pengiriman PMI di Indonesia termasuk Banyuwangi.

Sebab, sebagian negara tidak seperti dulu bisa menerima setiap saat PMI, bahkan beberapa negara menutup kedatangan warga negara asing.

"Yang harusnya bisa berangkat di cancel majikan, karena pandemi dan ekonomi. Kemampuan untuk membiayai pekerja migran otomatis menurun di kalangan majikan," terang Iqbal.

Penurunan permintaan pekerja migran, kata Iqbal, terlihat jelas di tahun 2021. Sepanjang itu, hanya bisa memberangkatkan sebanyak 2.434 PMI asal Banyuwangi.

Baca Juga: Santri yang Coba Bunuh Kiai di Banyuwangi Dijerat Pasal Berlapis, Terancam Penjara Seumur Hidup

"Angka ini tidak sebanding dengan jumlah dalam situasi normal. Dalam kondisi normal itu pengiriman PMI bisa mencapai 5.000 sampai 6.000 orang per tahun," bebernya.

Iqbal menambahkan, penurunan pengiriman PMI ini menunjukkan bahwa ada penundaan dan penurunan permintaan dari negara penempatan.

"Negara penempatan yang paling banyak di Taiwan dan Hongkong, kemudian Singapura. Sementara untuk Malaysia belum ada penempatan karena Malaysia sendiri masih menutup untuk pekerja migran," katanya menegaskan.

Load More