Pencurian Biji Kopi Marak di Batu, Petani Rugi Jutaan Rupiah

Para pelaku akan langsung menggulung terpal tempat biji kopi dijemur dan kemudian membawa kabur hasil curian.

Bernadette Sariyem
Jum'at, 11 Oktober 2024 | 14:51 WIB
Pencurian Biji Kopi Marak di Batu, Petani Rugi Jutaan Rupiah
ilustrasi biji kopi. (Pexels/MaksimGonchar)

SuaraMalang.id - Lonjakan harga kopi yang terjadi belakangan ini di pasaran membuat petani kopi di Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, harus lebih waspada.

Pasalnya, harga kopi yang meningkat hingga dua kali lipat membuat para pencuri mengincar biji kopi yang sedang dijemur maupun yang masih berada di kebun. Dalam sebulan terakhir, sudah terjadi beberapa kali aksi pencurian biji kopi di desa tersebut.

Kepala Desa Giripurno, Suntoro, mengungkapkan bahwa kejadian pencurian pertama kali terjadi pada pertengahan September 2024, ketika kopi milik dua warga hilang saat dijemur di lingkungan masing-masing.

“Ada dua warga yang melaporkan kejadian ini ke perangkat RT mereka, kemudian diteruskan ke pihak Desa. Kopi yang hilang diperkirakan lebih dari dua kuintal,” ungkap Suntoro, Rabu (9/10/2024).

Baca Juga:Rumah di Kota Batu Terbakar Diduga Gegara Charger Handphone

Menurutnya, kedua korban yang menjadi sasaran pencurian adalah Siati (59), warga RT 33 RW 6 Dusun Krajan, dan Srikat (69), warga RT 5 RW 2 Dusun Durek, Desa Giripurno.

Meski mengalami kerugian cukup besar, mereka memilih untuk mengikhlaskan dan tidak melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.

“Warga memang mengalami kehilangan yang cukup besar, tetapi mereka enggan melaporkan kejadian itu ke polisi. Kini, para petani kopi di desa kami menjadi lebih waspada dan hampir tidak ada lagi yang berani menjemur kopi di pinggir jalan seperti biasanya,” tambah Suntoro.

Modus Pencurian Biji Kopi

Sekretaris Desa Giripurno, Munir Adriono, menjelaskan bahwa para pelaku pencurian memiliki modus yang sama. Kejadian umumnya berlangsung di siang hari ketika biji kopi sedang dijemur oleh pemiliknya.

Baca Juga:Vila di Kota Batu Dibuat Pesta Seks, Satpol PP Akui Sulit Terungkap

Para pelaku akan langsung menggulung terpal tempat biji kopi dijemur dan kemudian membawa kabur hasil curian.

“Modusnya hampir serupa di setiap kejadian. Pencurian pertama menimpa ibu Srikat. Kopinya dicuri saat sedang dijemur. Diperkirakan jumlah kopi yang diambil mencapai sekitar 2 kuintal, yang setara dengan kerugian lebih dari Rp 8 juta,” kata Munir.

Selang dua minggu kemudian, kejadian serupa menimpa ibu Siati. Saat kembali dari kebun, ia mendapati kopi yang sedang dijemur sudah hilang.

“Kopi tersebut diambil langsung dengan terpalnya, tanpa disadari oleh pemiliknya yang sedang tidak berada di lokasi,” tambahnya.

Harga Kopi Melambung, Jadi Pemicu Pencurian

Menurut Munir, kenaikan harga biji kopi diperkirakan menjadi penyebab utama maraknya pencurian di wilayah tersebut.

Harga kopi yang sebelumnya berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per kilogram, kini melonjak hingga Rp 40.000 sampai Rp 60.000 per kilogram.

Kenaikan ini membuat biji kopi menjadi komoditas yang sangat menggiurkan bagi para pencuri.

“Para pelaku diduga memanfaatkan kondisi harga yang sedang tinggi untuk mendapatkan keuntungan besar dengan cara mencuri. Oleh karena itu, kami mengimbau para petani untuk lebih berhati-hati dan selalu mengawasi kopi mereka saat sedang dijemur,” jelas Munir.

Sosialisasi dan Langkah Antisipasi

Sebagai langkah antisipasi, pemerintah desa telah mensosialisasikan kepada warga untuk lebih waspada terhadap aktivitas mencurigakan di sekitar kebun atau tempat penjemuran kopi.

Warga juga diminta untuk mengawasi kebun mereka secara bergantian atau menjemur kopi di tempat yang lebih aman, seperti di halaman rumah yang tertutup atau di bawah pengawasan ketat.

“Habis ada pencurian ini, nyaris tidak ada lagi yang menjemur kopi di pinggir jalan. Kami juga mengimbau kepada warga yang mengalami kehilangan kopi agar melaporkan kejadian tersebut, supaya bisa ditindaklanjuti dengan lebih serius,” tutur Munir.

Kejadian ini menjadi peringatan bagi para petani kopi di wilayah Desa Giripurno dan sekitarnya untuk lebih berhati-hati dalam menjaga hasil panen mereka.

Pemerintah desa berharap, dengan adanya peningkatan kewaspadaan dan kerjasama dari seluruh warga, aksi pencurian kopi ini bisa diminimalisir.

Para petani juga disarankan untuk bekerja sama dalam menjaga keamanan, terutama di masa panen kopi, ketika hasil panen sedang berada dalam kondisi rentan terhadap aksi pencurian.

Dengan begitu, mereka dapat terus memanfaatkan kenaikan harga kopi yang sedang tinggi tanpa harus mengalami kerugian yang disebabkan oleh pencurian. 

Kontributor : Elizabeth Yati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini