SuaraMalang.id - Perlombaan panjat pinang selalu menjadi salah satu ikon yang tak pernah absen dalam perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dari Sabang hingga Merauke, baik di kota besar maupun pelosok desa, panjat pinang telah menjadi tradisi yang dinanti-nantikan oleh masyarakat setiap tahunnya.
Panjat pinang adalah perlombaan yang memadukan ketegangan dan keceriaan, membuat suasana menjadi campur aduk antara sorak sorai penonton, gelak tawa, dan semangat para peserta yang berusaha mencapai puncak.
Lomba ini dilakukan dengan cara memanjat pohon pinang yang sudah dikuliti dan dilumuri cairan pelicin, untuk meraih hadiah-hadiah yang digantungkan di bagian atasnya.
Baca Juga:Viral Pemuda Tak Bisa Turun Saat Panjat Pinang Sampai Akhirnya 'Dijemput' Pakai Eskavator
Tidak hanya menjadi ajang hiburan, panjat pinang juga memiliki nilai sejarah yang mendalam.
Perlombaan ini pertama kali diadakan pada masa penjajahan Belanda, di mana hanya pribumi yang diizinkan untuk berpartisipasi.
Orang-orang Belanda biasanya mengadakan panjat pinang dalam acara besar seperti pernikahan atau perayaan khusus.
Namun, sejarah panjat pinang tidak hanya terkait dengan Indonesia.
Tradisi serupa juga tercatat di beberapa negara lain, seperti di Fujian, Guangdong, dan Taiwan, di mana panjat pinang sering kali dilakukan dalam perayaan Festival Hantu saat Taiwan berada di bawah pendudukan Jepang.
Meskipun tradisi ini berasal dari masa lalu, panjat pinang terus bertahan sebagai simbol kegigihan, semangat kebersamaan, dan kegembiraan dalam merayakan hari kemerdekaan.
Setiap tahunnya, perlombaan ini menjadi momen yang dinantikan oleh masyarakat dari berbagai kalangan, dengan peserta yang berlomba-lomba untuk meraih hadiah di puncak tiang.
Perayaan HUT RI ke-79 kali ini pun dipastikan tidak akan lepas dari kemeriahan lomba panjat pinang, yang siap menghidupkan suasana penuh semangat di berbagai wilayah Indonesia.
Kontributor : Elizabeth Yati